Tuesday, December 2, 2014

Menikmati Kekinian

Pagi ini, hujan telah selesai membasahi bumi. Menyisakan kesejukan, meninggalkan kedamaian dan ketenangan dalam diri. Menggerakkan diri untuk sejenak menyendiri, menuliskan jejak-jejak kehidupan yang beberapa waktu ini mengumpul menjadi satu dalam benak sanubari.

Akh...betapa setelah hujan kemudian akan timbul panas. Bukankah setelah siang akan timbul sore, sore menjadi malam, malam menjadi pagi dan seterusnya. Demikianlah fitrah kehidupan yang kita biasanya jalani bukan? Pergantian itu adalah sebuah hal yang wajar. Ya, pergantian yang barangkali kalau diterjemahkan dengan bahasa populernya adalah perubahan. Kalimat saktinya adalah perubahan terjadi setiap saat sehingga setiap saat pula perubahan harus diciptakan.

Maka benarlah sebuah kalimat bijaksana yang mengatakan kalau mencintai seseorang cintailah dengan sederhana, karena bisa jadi suatu saat dia akan jadi orang yang kau benci dan demikian pula sebaliknya. Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri dan tentu saja Dia Yang Maha Agung. Maka saat senang, saat sedih mari kita syukuri saja untuk keduanya atau juga untuk kondisi yang lainnya. 

Beberapa hari yang lalu, salah satu kerabat saya meninggal dunia. Alhamdulillaah masih ada kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir sebelum beliau dikebumikan. Sempat merasa 'trenyuh' di saat-saat terakhir itu, sambil menggumam dalam hati, pada saatnya aku akan menyusul beliau.  

Lalu kapan? Lalu sudahkah engkau merasa siap menghadapi yang disebut dengan kematian itu? Pertanyaan klasik yang sepintas muncul dan sampai saat ini belum selalu memberikan dampak yang signifikan untuk lebih bersemangat mengisi hidup dengan kebaikan yang jauh lebih banyak lagi.

Salah seorang sahabat pernah berkata,"maka seharusnya mengingat kematian adalah salah satu motivasi yang menggerakkan diri kita untuk produktif bro". Mendengarnya saya bertanya lagi padanya, "bagaimana bisa sahabatku?". Sahabat saya terdiam sejenak, lalu berkata "kita tidak pernah tahu kapan waktu terakhir kita di dunia ini, maka asumsikan saja bahwa bisa jadi aktivitas yang kamu lakukan adalah kesempatan terakhir kamu melakukannya, sehingga kamu akan berupaya untuk melakukan yang terbaik pada aktivitas tersebut. Inilah MENIKMATI KEKINIAN" ujar sahabat saya menutup pembicaraan kami.

 

No comments:

Post a Comment