Wednesday, July 31, 2013

Pangeran Bumi dan Putri Bulan

taken from langitberita.com

Alkisah terdapatlah sebuah kerajaan Bumi yang mempunyai putera Mahkota yang bernama Pangeran Bumi. Pangeran Bumi mempunyai kebiasaan khusus jika ingin mendapatkan ide-ide baru dalam rangka menjalankan tugas-tugas dari Raja Bumi, kebiasaan itu adalah menyendiri di sebuah tempat yang nyaman dan berada di atas. Pada suatu malam saat Pangeran Bumi sedang duduk di sebuah tempat yang semua unsur bangunannya terdiri dari kayu, datanglah dua orang wanita dimana yang satu sudah sangat dikenalnya sedangkan sosok yang satunya belum pernah dikenalnya. Wanita yang sudah dikenal oleh Pangeran Bumi pun memperkenalkan temannya yang ternyata bernama Puteri Bulan. Mereka kebetulan ingin mampir sejenak di Bumi setelah beberapa saat melakukan perjalanan dari bulan. Setelah kenal akhirnya mereka bertiga berbincang dengan akrab. Singkat cerita, pertemuan ini menjadi pertemuan yang begitu berkesan bagi Pangeran Bumi dan ternyata dalam lubuk hati sang Pangeran, muncul perasaan yang berbeda terhadap sang Puteri Bulan.

Waktu terus berlalu, dari pertemuan yang tidak sengaja ini, Pangeran Bumi lalu mencari cara bagaimana bisa bertemu dengan Puteri Bulan. Akhirnya dikirimkanlah utusan untuk menyampaikan surat ke Puteri Bulan dan ternyata surat Pangeran Bumi pun berbalas dan walaupun tidak setiap saat bisa berkirim surat, sejak saat itu hubungan Pangeran Bumi dan Puteri Bulan menjadi semakin dekat. Apa yang dirasakan oleh Pangeran Bumi terhadap Puteri Bulan pun menjadi semakin kuat dari saat ke saatnya.

Suatu hari, Pangeran Bumi mendapatkan kabar bahwa Puteri Bulan akan mengadakan perjalanan ke Bumi bersama rombongannya. Betapa bahagianya sang Pangeran mendengar kabar tersebut, karena memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan Puteri Bulan.

Pertemuan yang dinanti pun akhirnya terlaksana. Sebagai tuan rumah yang baik, Pangeran Bumi pun mengajak tamu dan rombongannya mendatangi beberapa tempat yang menarik di bumi. Kunjungan Puteri Bulan tidak berlangsung lama karena Puteri Bulan harus segera kembali ke bulan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Setelah pertemuan yang kedua kalinya itu, Pangeran Bumi menjadi semakin tahu bagaimana sosok Puteri Bulan yang sesungguhnya. Dan walaupun dengan jarak yang begitu jauh, komunikasi di antara mereka pun tetap terjalin dengan baik. Beberapa kali Pangeran Bumi berkunjung ke bulan dan begitu juga sebaliknya. Pangeran Bumi pun merasa semakin yakin dengan perasaan yang dulu muncul di hatinya pada saat bertemu dengan Puteri Bulan pertama kalinya.

Pada suatu saat Pangeran Bumi bercanda dan menanyakan kepada Puteri Bulan, “wahai puteri, bagaimana jika suatu saat ada seseorang yang datang dan mengaku juga sebagai Pangeran Bumi dan ingin dekat dengan puteri?” Puteri Bulan yang mendapat pertanyaan tersebut justru bertanya kembali kepada Pangeran Bumi “Pangeran Bumi kan hanya satu, bagaimana kalau nanti justru ada banyak Puteri Bulan yang datang kepadamu wahai pangeran”.  Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Pangeran Bumi merasakan dua perasaan sekaligus, senang, sekaligus bertanya-tanya, apakah ini pertanda bahwa perasaanku bersambut ya, tapi apa jangan-jangan juga hanya aku saja yang berpikir berlebihan, gumam sang Pangeran.

Pangeran Bumi akhirnya menemui Gurunya, Begawan Sukma dan menceritakan perihal Putri Bulan kepada sang Begawan. Mendapat cerita dari muridnya, dengan bijak sang Begawan menanyakan kepada Pangeran Bumi “pangeran, apakah engkau memiliki perasaan yang berbeda kepada Puteri Bulan”. Sang Pangeran tampak tersipu mendapatkan pertanyaan dari sang Guru, dia pun menjawab “ sejujurnya iya guru, dari awal memang sudah ada rasa itu, dan sampai sekarang pun menjadi semakin kuat adanya” jawab Pangeran Bumi dengan tenang. Begawan Sukma pun kembali bertanya “ Lalu kenapa engkau tidak menyampaikannya secara langsung pangeran?”. Pangeran Bumi pun menjawab “ Mohon ampun guru, pertimbangan hamba adalah karena hamba masih ada beberapa tugas dari ayahanda Raja Bumi yang harus hamba selesaikan dulu dan sambil hamba juga memantapkan diri hamba untuk menyampaikannya, karena hamba berharap Putri Bulan-lah yang akan mendampingi perjalanan hidup hamba ke depan”. Mendengar jawaban Pangeran Bumi, Begawan Sukma pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

Melihat gurunya masih belum memberikan tanggapan, Pangeran Bumi pun melanjutkan perkataannya “ selain itu, yang hamba tahu sekarang, Putri Bulan sedang menjalankan amanah juga di kerajaan bulan, hamba ingin memberikan kesempatan juga kepada Putri Bulan agar Putri menyelesaikan dulu beberapa amanahnya, sambil hamba juga mempersiapkan diri hamba sendiri, Puteri Bulan adalah seorang wanita yang sungguh luar biasa, sepertinya hamba perlu lebih memantaskan diri untuk mendapatkan cintanya, bagaimana kalau menurut Guru?” tanya Pangeran Bumi. Begawan Sukma pun menjawab “Baiklah pangeran kalau memang itu keinginanmu, lalu bagaimana jika ternyata Putri Bulan ternyata sama sekali tidak ada rasa apapun kepada Pangeran dan ternyata sebelum pangeran menyampaikan maksud pangeran, Putri Bulan justru memilih orang lain selain pangeran?” bertanya kembali sang Begawan.

Pangeran Bumi pun menghela nafas sejenak  dan kemudian menjawab pertanyaan sang guru “ Itu adalah resiko yang harus hamba terima dengan ikhlas guru, hamba juga sadar sepenuhnya bahwa tidak ada larangan apapun yang bisa melarang putri Bulan untuk tidak menerima pinangan orang lain, tapi yang jelas, selama memang belum ada orang lain yang menyampaikannya kepada Putri Bulan, hamba akan jaga perasaan ini baik-baik, karena perasaan ini adalah anugerah dari Tuhan dan bukan hal yang mudah bagi hamba untuk bisa memunculkan perasaan seperti ini” jawab pangeran Bumi.

“Jawaban yang bijaksana pangeran, lalu bagaimana engkau akan memaknai hubungan kalian ini” Begawan Sukma kembali bertanya kepada Pangeran Bumi. Mendengar pertanyaan sang Guru, pangeran Bumi pun menjawab “ kami bersahabat Guru, saling membantu dan mendukung sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, dan karena Putri Bulan jauh lebih muda dari saya, tentu hamba akan menganggapnya seperti saudara muda saya”

“Baiklah Pangeran, dari jawaban-jawaban yang kau berikan, guru menganggapmu sudah bijak dalam mengambil keputusan ini, pesan guru adalah jaga hubungan baikmu dengan Putri Bulan, jikapun memang nantinya kalian akan berjodoh tentu akan dipertemukan oleh Dia Yang Maha Kuat, sampai saat terbaik itu tiba, untukmu pangeran, segera selesaikanlah tugas-tugas itu dengan sebaik-baiknya dan pantaskanlah diri pangeran untuk bisa mendapatkan seseorang sebaik Puteri Bulan, dan bukalah segala kemungkinan terbaik yang akan Dia berikan kepada pangeran, kalaupun ternyata pada saat tersebut ternyata Puteri Bulan akhirnya memilih yang lain, maka seperti yang pangeran sampaikan tadi, pangeran harus dengan legawa menerimanya” Demikian nasehat sang Begawan.

“Baik guru, tentu akan hamba laksanakan nasehat guru ini, mohon doa guru semoga kami masing-masing mendapatkan pendamping hidup yang terbaik” demikian Pangeran Bumi mengakhiri percakapannya dengan gurunya dan akhirnya mohon pamit untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan Putri Bulan yang  belum sempat dijawabnya itu….


Bagaimana akhir kisah ini? Waaaah…. Tunggu inspirasi selanjutnya datang ya…hahahaha…. Kalau di dunia sekarang, penulis akan sarankan Pangeran Bumi untuk mendendangkan lagunya “Senandung Rindu” yang dinyanyikan Tohpati bersama Putu Sutha…. Hwehehehehe…..

3 Lapis Saringan


Saat kita menuangkan teko yang dalamnya berisi coklat panas, maka yang keluar dari teko tersebut tidak lain tidak bukan pastilah coklat juga. Bukan air putih, bukan teh, bukan juga air kopi. Begitu juga saat kita menanam biji jagung, maka yang akan tumbuh juga tanaman jagung.
taken from fantastichaki.files.wordpress.com
Dua analogi di atas bisa digunakan untuk menggambarkan mengenai diri kita. Apa yang mewujud dalam perilaku, ucapan, pemikiran kita, sangat tergantung dari apa saja yang sering kita 'konsumsi' dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang kita konsumsi dari sisi fisik maupun dari sisi pikiran atau non fisik. 

Dari sisi fisik, maka saat tubuh kita sering dimasuki dengan makanan yang haram, dalam jangka panjang pasti juga akan berpengaruh terhadap perilaku dan kehidupan kita. Dari sisi non fisik, saat setiap hari yang kita 'konsumsi' adalah informasi-informasi yang negatif, gosip-gosip yang tidak bermanfaat, ucapan-ucapan kotor, maka produk yang dihasilkan oleh pikiran kita tidak akan jauh berbeda dengan apa yang masuk di dalam pikiran kita. 

Dalam hal ini, peran media, baik media cetak maupun elektronik memegang peranan yang besar. Saat saya membaca buku karangan Gobind Vashdef, di sana diceritakan mengenai teman bang Gobind yang cukup iseng. Apa keisengannya? Dia mengambil sebuah harian nasional, kemudian secara sengaja menempelkan kertas hitam di setiap berita negatif yang didapatkannya. Baik itu berita pembunuhan, berita korupsi, berita pencurian dan sebagainya.  Lalu apa yang terjadi? hampir 70% koran tersebut tertutup oleh kertas hitam tersebut. Luar biasa bukan? 

Maka kemampuan kita untuk memilah, memilih mana saja input yang bisa dimasukkan ke pikiran kita menjadi sebuah hal yang penting adanya. Saat kita dengan sadar menyaring informasi mana yang baik mana yang tidak, maka itu akan sangat membantu untuk kebaikan diri kita. Ada sebuah cerita menarik mengenai bagaimana kita melatih kesadaran diri kita dalam "menyaring" informasi yang disampaikan oleh media apapun atau oleh siapapun dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu hari ada seorang bijaksana yang kedatangan seorang tamu. Setelah mempersilakan sang tamu masuk ke dalam rumahnya, orang bijaksana ini pun menanyakan maksud kedatangan tamunya ini, "Wahai saudaraku, ada gerangan apakah sehingga engkau bertamu ke rumahku ini"?.

"Oh, saya bertamu hanya untuk menyampaikan sebuah kabar berita tentang seseorang kepadamu" jawab tamu sang bijaksana.

"Baiklah kalau begitu. Namun sebelum engkau menyampaikan mengenai maksudmu, aku ingin mengujimu terlebih dahulu dengan menggunakan 3 lapis saringan" kata Sang Bijaksana menanggapi apa yang disampaikan tamunya.

"Hah... apa itu 3 Lapis Saringan?" sang tamu ingin tahu.

"Baiklah, saringan yang pertama, apakah berita yang ingin kau sampaikan adalah sesuatu yang BENAR?" tanya sang bijaksana.

"Hmm... sebenarnya aku belum bisa memastikan kebenarannya, karena aku hanya mendengarnya dari orang" jawab sang tamu.

"Oh.. baik kalau begitu, bisa jadi akan lolos di saringan yang kedua. Apakah yang akan kamu sampaikan adalah sesuatu yang BAIK?" Sang Bijaksana kembali bertanya.

Sang tamu menyahut, "Bukaan.. justru sebaliknya, yang akan kusampaikan adalah sesuatu yang buruk".

"Kalau begitu mari kita lanjutkan, siapa tahu lolos di saringan yang ketiga. Apakah apa yang akan kamu sampaikan nanti BERMANFAAT untukku?" tanya Sang Bijaksana.

Sang tamu pun terdiam sejenak, berpikir, lalu menjawab kembali "Sungguh, sebenarnya memang tak akan ada manfaatnya bagimu wahai saudaraku".

"Kalau apa yang ingin kau sampaikan bukan sesuatu yang BENAR, bukan sesuatu yang BAIK, dan bukan sesuatu yang BERMANFAAT, berarti tak ada alasan untuk engkau menyampaikannya kepadaku, lekaslah engkau pulang dan tinggalkan rumahku ini" kata Sang Bijaksana mengakhiri pembicaraannya.

Well, cerita di atas hanyalah ilustrasi sederhana saja. Mengenai bagaimana kita lebih aware dengan apapun yang berpotensi menimbulkan keburukan pada diri kita. Dalam aplikasinya sehari-hari memang tidak akan persis sama dengan cerita di atas. Intinya adalah pada kesadaran yang disertai dengan fleksibilitas dalam menerapkannya. Fleksibilitas yang dimaksudkan di sini tentu terkait dengan etika komunikasi, etika pergaulan dan lain sebagainya.

Sugeng ndalu,

*Salaman*

Tersenyumlah Bersama Hatimu

taken from remaja.suaramerdeka.com

Tersenyumlah maka menjadi mudah untuk bahagia. Rangkaian kata yang barangkali sudah sering kita dengar atau baca dari seseorang atau dari buku-buku yang membahas mengenai kebahagiaan. Benarkah demikian? Mari kita diskusikan lebih lanjut.

Secara umum, senyum dibagi menjadi dua bagian yaitu senyum standar yaitu senyum yang berlokasi hanya di otot di sekeliling mulut dan senyum sejati (sering disebut dengan senyum Duchenne) yaitu yang menyebar sampai ke mata. Pernah ada sebuah video yang menggambarkan mengenai bagaimana kita tahu seseorang itu tersenyum tulus atau tidak berdasarkan ada atau tidaknya kerutan di matanya saat tersenyum. Bagaimana bisa? Karena senyum melibatkan pikiran bawah sadar yang kemudian memberikan sinyal tertentu kepada otot untuk menghasilkan senyuman yang tulus atau sebaliknya. 

Ada beberapa penelitian yang membahas mengenai manfaat tersenyum ini. Salah satunya yang dilakukan oleh Tara Krafft dan Sarah Pressman dari University of Kansas. Penelitian ini melibatkan 169 orang yang diminta untuk memasukkan semacam sumpit ke dalam mulutnya. Dari 169 orang ini, dibagi menjadi 3 kelompok. Satu kelompok diminta untuk melakukan senyum Duchenne. 

Satu kelompok diminta melakukan senyum netral. Satu kelompok lainnya diminta memasang ekspresi netral. Sambil tetap mempertahankan ekspresi mukanya masing-masing, para partisipan ini diminta untuk melakukan beberapa kegiatan yang memang diarahkan ke arah memunculkan stres. Selama para partisipan ini melakukan beberapa kegiatan tersebut. Peneliti melakukan pengukuran terhadap detak jantung dan level stress masing-masing partisipan.

Hasilnya sunguh menarik. Mereka yang melakukan senyum standar, ternyata level stressnya lebih rendah dibandingkan yang memasang ekspresi netral di wajahnya. Adapun mereka yang memasang ekspresi senyum Duchenne, memiliki tingkat stress yang lebih rendah dibandingkan dua kelompok lainnya. Mereka yang memasang senyum Duchenne ini juga memiliki detak jantung yang lebih rendah dibandingkan yang lain.

Kesimpulannya, saat sedang melakukan aktivitas dengan tingkat stress cukup tinggi, tersenyum bisa menjadi salah satu solusinya. Solusi untuk menjadikan diri kita lebih rileks sehingga mendukung untuk terselesaikannya aktivitas-aktivitas yang kita laksanakan.

Penelitian lain menyebutkan, gerakan tersenyum, akan membuat kelenjar pineal dalam otak mengeluarkan hormon Endorfin, yaitu zat sejenis morfin alami yang kekuatannya 200 kali dari morfin buatan. Endorfin ini membuat perasaan menjadi senang dan bahagia.

Pada kesempatan lain, sebuah survey pernah dilakukan mengenai perbandingan jumlah berapa kali orang tersenyum antara orang dewasa dan anak-anak. Dalam survey ini disebutkan bahwa dalam sehari, rata-rata anak-anak tersenyum 300 kali sehari. Bagaimana dengan orang dewasa? Orang dewasa hanya tersenyum rata-rata 15 kali sehari. Penelitian ini mengungkapkan mengapa anak-anak cenderung lebih bahagia dibandingkan orang dewasa.

Beberapa paparan di atas tentu saja semakin menguatkan kita bahwa ada begitu banyak manfaat dari tersenyum. Bahwa selain bisa bernilai ibadah, selain menyenangkan orang lain, ternyata senyum juga bermanfaat untuk mengurangi tingkat stress yang sedang kita hadapi.

Sekarang pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana caranya agar kita bisa tersenyum dari dalam hati? Bukankah itu bukan sesuatu yang mudah? Betul, apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa tersenyum kepada yang lainnya. Hanya saja, semuanya bisa kita latih, asalkan kita memang benar-benar tertarik untuk melakukannya. 

Tips-nya mudah, kuncinya adalah mengenai bagaimana memunculkan 'state' atau kondisi tubuh dan pikiran yang 'siap' untuk memberikan senyuman tulus. Nah, 'state' ini tercipta dari gabungan antara kondisi tubuh dan pikiran yang saling menguatkan. Dalam disiplin ilmu Neuro Linguistic Programming, ada sebuah presuposisi yang menyatakan demikian, mind and body connection and affect each other. Kondisi fisik dan pikiran manusia adalah saling mempengaruhi satu dengan yang lain. 

Perhatikan saat ada pemain bola yang mencetak gol, saat merayakannya, sangat jarang yang sambil menundukkan kepala dan berjalan pelan. Saat orang sedang sedih, tak mungkin juga kondisi tubuhnya sama dengan orang yang bersemangat. Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita tahu kondisi tubuh dan fikiran seperti apa yang kita perlukan untuk bisa tersenyum dari dalam hati?

Caranya, duduklah dengan nyaman. Kondisikan diri agar tenang, lalu ingatlah beberapa kenangan kita di masa lalu bersama orang-orang terdekat kita, yang saat kita mengingatnya kita merasa bahagia dan bisa tersenyum dengan tulus. Pilih salah satu yang paling berkesan dan membuat kita paling bahagia. 

Setelah memilih salah satu, maka dalam imajinasi kita masing-masing, bayangkan seolah-olah kita mengalaminya kembali. Seolah-olah kita kembali ke masa lalu, dengan keadaan dan orang-orang yang sama persis dengan yang kita alami dulu. Bayangkan, dengarkan, rasakan saat kita bahagia tersebut. Rasakan saat kita bisa tersenyum dengan tulus. 

Saat kita melakukannya, ingat betul bagaimana rasanya. Itulah 'state' yang kita perlukan untuk bisa tersenyum dengan tulus. Itulah 'state' yang akan memudahkan kita agar senyum kita membuat orang bahagia. Itulah yang perlu kita lakukan saat kita ingin tersenyum bersama hati kita.

Semoga bermanfaat.

Fractura Hepatica


Beberapa waktu yang lalu saya mendapat klien seorang anak SMA yang ceritanya konsultasi ke saya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Sebut saja namanya Ani (bukan nama sebenarnya). Ani ini siswa kelas 3 sebuah SMA negeri. Saat itu Ani menceritakan bahwa ia sedang galau tingkat 10 (akut). Kenapa Ani menyebut angka 10? Karena campuran dari sedih, jengkel, cinta, marah, sakit hati, wis pokoknya campur-campur deh. 

Akhirnya saya minta agar Ani menceritakan apa yang sedang dialaminya. Apa yang menyebabkan dia menjadi galau tingkat 10 itu. Ani menceritakan bahwa baru saja dia diputus oleh cowoknya yang selama ini (menurut Ani) sudah dia cintai dengan sepenuh hati. Sudah banyak pengorbanan (menurut Ani lagi) yang dia lakukan untuk memperhatikan cowoknya ini.

Ani merasa dikhianati, karena tanpa sepengetahuan Ani ini, ternyata si cowok punya cewek lain selain dirinya. Parahnya lagi, kejadian itu sudah terjadi sangat lama dan Ani baru tahu belum lama. Dan yang membuat Ani semakin sakit hati, bukannya minta maaf, cowoknya ini malah minta putus dari Ani.

Terus saya dengarkan cerita dia sampai selesai. Sengaja saya biarkan dia cerita sampai selesai dulu, biar dia merasa lebih lega. Katanya kan mendengarkan sepenuh hati itu sudah sangat membantu untuk seseorang yang sedang mengalami ketidaknyamanan. Bahkan ada buku yang disana menyebutkan bahwa wanita itu kalau cerita tidak selalu memerlukan solusi. Wanita hanya perlu didengarkan dengan sepenuh hati, hanya perlu direspon, bukan pas cerita di potong di tengah jalan.

Oke, begitu melihat Ani ini sudah selesai cerita, saya lalu bertanya seperti ini, " Ani masih sekolah kan?". Sambil masih sedikit terisak, Ani menjawab dengan ketus, "ya iya lah mas". Saya pun melanjutkan, "Ani masih punya ayah- ibu? Sayangkah Ani dengan mereka?". "Masih punya mas, lengkap.. Jelas sayang lah mas" jawab Ani. 

Saya kembali bertanya " Oh.. yaa.. lebih sayang mana orang tua sama pacar kamu kemarin?".

"Lho ya jelas lebih saya orang tua saya dong mas" kata Ani dengan mantap.
"Hmm... saat kamu pacaran dulu, siapa yang lebih sering kamu inget? Siapa yang lebih sering kamu beri perhatian" tanya saya lagi.

Ani tidak menjawab, hanya menunduk terdiam. Saya melanjutkan, "Jadi siapa yang sebenarnya lebih berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang kamu untuk saat ini? Keluarga kamu? Orang tua kamu? Saudara kamu? atau pacar kamu?".

"Hmm.. ya seharusnya keluarga mas, karena mereka yang mau ngerti kita, mereka yang mau menerima kita apa adanya, mereka yang tulus menyayangi kita" jawab Ani pelan sambil menghela nafas.

"Baiklah, apakah kemarin saat kamu punya pacar kamu bisa berpikir seperti sekarang ini?  tanya saya.

"Terus terang baru sekarang mas saya ngerti  dengan hal ini, saya jadi ngerasa bersalah sama keluarga saya. Dulu, saya sering beliin pacar saya macam-maca. eh, adik saya, kakak saya, malah tidak pernah saya beliin apapun, termasuk orang tua" kata Ani sambil terus menunduk.

"Jadi kira-kira maksud Tuhan membuat kamu seperti sekarang ini baik atau sebaliknya?" tanya saya lagi.

"Hmm... iya mas, saya paham sekarang. Saya yakin ini karena Tuhan sayang sama saya, Tuhan pengen saya jadi lebih baik lagi. Tuhan pengen untuk saat ini sebaiknya memberikan kasih sayang, cinta, kepada mereka yang lebih berhak untuk mendapatkannya, makasih ya mas" jawab Ani.

"Itu baru satu hikmah Ani, tanyakan saja begini pada dirimu sendiri 'Ya Tuhan, hikmah apa lagi yang ingin Engkau sampaikan mengenai kejadian ini' dan semoga kamu bisa belajar banyak dari kejadian ini" kata saya mengakhiri pembicaraan dengan Ani.

Kisah di atas hanyalah ilustrasi saja. Pada beberapa kasus patah hati. Tidak cukup memang solusinya hanya dengan memaknai. Perlu penanganan khusus dengan terapi tertentu agar beban yang ada dalam hati bisa ter-release, ada proses memaafkan dan diperkuat lagi dengan pemaknaan ulang di dalamnya.

Anyway, sebenarnya saat terjadi yang disebut dengan Fractura Hepatica atau patah hati ini, itulah saat kita diberikan kesempatan untuk melihat terang kebijaksanaan. Bagi yang Tuhan kehendaki untuk menjadi manusia Agung, maka Tuhan sendirilah yang akan mengangkat 'palu', meremukkan hati mereka, dan bersemayam di dalamnya.

Sugeng Sonten, semoga bermanfaat.

*Salaman*

Tuesday, July 30, 2013

Makna dan Arti Lagu The Spirit Carries On - Dream Theater

" If I Die Tomorrow.. I'd Be Allright... Because i Believe.. That After We've Gone.. The Spirit Carries On.."



Sepenggal lirik lagu dari Dream Theatre yang berjudul The Spirit Carries On. Lagu yang menurut saya memiliki makna yang sangat dalam terkait dengan perjalanan hidup kita sebagai manusia. Seperti lagu-lagu sebelumnya, entah apa maksud dari sang pencipta lagu, sebagai penikmat lagu, kita tentu bebas mengartikan dan memaknai sendiri lagu apapun yang kita dengarkan. Sebelum kita terjemahkan secara bebas, yuk disimak lirik dan artinya sesuai dengan lirik.

Where did we come from
Dari mana kita berasal?
Why are we here?

Mengapa kita berada di sini?
Where do we go when we die?

Kemana kita akan pergi saat kita meninggal nanti?
What lies beyond

Apakah ini hanya kebohongan belaka?
And what lay before?

Apa yang sebenarnya terjadi sebelum semua ini?
Is anything certain in life?

Apakah segala sesuatu dalam hidup ini sudah merupakan kepastian?


They say, "Life is too short"

Mereka berkata "Hidup ini terlalu singkat"
"The here and the now"

Hanya di sini dan saat ini saja
And "You're only given one shot"

Dan "Kamu hanya diberikan satu kesempatan saja"
But could there be more,

Tapi bisa jadi lebih dari itu
Have I lived before,

Apakah aku pernah hidup sebelumnya?
Or could this be all that we've got?

Atau memang hanya inikah yang telah kita dapatkan?

If I die tomorrow

Seandainya aku meninggal esok hari
I'd be all right

Aku akan baik-baik saja
Because I believe

Karena aku meyakini
That after we're gone

Bahwa setelah aku meninggal nanti
The spirit carries on

Jiwa ini akan tetap ada

I used to be frightened of dying

Dulu aku takut menghadapi kematian
I used to think death was the end

Dulu aku berpikir bahwa kematian adalah akhir
But that was before

Tapi itu terjadi dulu
I'm not scared anymore

Aku tak takut lagi saat ini
I know that my soul will transcend
Aku tahu bahwa jiwaku akan berpindah

I may never find all the answers

Aku mungkin tak akan pernah menemukan jawabannya
I may never understand why

Aku mungkin tak akan pernah memahami mengapa
I may never prove

Aku mungkin tak akan pernah bisa buktikan
What I know to be true

Apakah yang aku tahu sebelumnya itu benar
But I know that I still have to try

Tapi aku tahu bahwa aku masih akan terus coba menemukannya

If I die tomorrow
Seandainya aku meninggal esok hari
I'd be all right

Aku akan baik-baik saja
Because I believe

Karena aku meyakini
That after we're gone

Bahwa setelah aku meninggal nanti
The spirit carries on

Jiwa ini akan tetap ada

[Victoria:]
"Move on, be brave

Bergeraklah, jadilah pemberani
Don't weep at my grave

Jangan menangis di kuburanku
Because I am no longer here

Karena aku tak lama berada di sini

But please never let
Your memory of me disappear"

Tapi mohon jangan pernah biarkan kenangan tentang aku menghilang

[Nicholas:]
Safe in the light that surrounds me

Terjaga dalam cahaya yang mengelilingiku
Free of the fear and the pain

Bebas dari ketakutan dan rasa sakit
My questioning mind

Pikiranku yang selalu bertanya
Has helped me to find

Telah membantuku untuk menemukan
The meaning in my life again

Sebuah makna dalam hidupku kembali
Victoria's real

Victoria benar
I finally feel

Aku akhirnya merasakan
At peace with the girl in my dreams

Dalam kedamaian mimpi bersama gadisku
And now that I'm here

Dan tahu bahwa aku di sini
It's perfectly clear

Semuanya telah benar-benar jelas
I found out what all of this means

Aku telah temukan arti dari semua ini



If I die tomorrow
Seandainya aku meninggal esok hari
I'd be all right

Aku akan baik-baik saja
Because I believe

Karena aku meyakini
That after we're gone

Bahwa setelah aku meninggal nanti
The spirit carries on


Jiwa ini akan tetap ada

Kalau dirunut alurnya, barangkali memang akan menjadi cukup kesulitan dimaknai secara keseluruhan. Jadi mari kita pahami arti dan makna lagu The Spirit Carries On milik Dream Theater ini sesuai dengan apa yang kita bisa tangkap.

Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan di awal lagu ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat kita ngeh mengenai jatidiri kita sebagai manusia.
- Dari mana kita berasal?
- Mengapa kita diciptakan?
- Kemana kita akan pergi setelahnya?

Saat kita mau merenungkan betul apa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka seharusnya kita akan semakin menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan. Hamba artinya pengikut, anak buah, yang dipimpin, rakyat, yang tentu saja harus tunduk dan patuh kepada "BOS"nya. 

Dari mana kita berasal? Kita berasal dari Tuhan. Mengapa kita diciptakan? Untuk beribadah kepada Tuhan. Ke mana kita akan pergi setelahnya? Kita akan pergi kembali menghadap Tuhan. Semua jawabannya, ujung-ujungnya kembali kepada DIA, Dzat yang menciptakan kita. 

Lirik selanjutnya dari lagu Spirit Carries On milik Dream Theater ini masih melanjutkan dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Menceritakan tentang kegelisahan seseorang mengenai hidup yang sedang dijalani saat ini. 

Apakah semua dalam hidup itu memang sudah ditentukan? Apakah kita pernah hidup di masa lalu sebelum kita dihidupkan lagi di masa sekarang? Apakah hanya sekali saja kita diberikan kesempatan hidup? Akh... bagi beberapa orang barangkali ini pertanyaan tidak penting, tapi bisa jadi berbeda bagi orang yang lainnya. Seandainya rasa penasaran ini bisa ter-manage dengan baik, bisa jadi justru membawa penanya ke arah pencerahan seperti yang diharapkan.

Pada lirik selanjutnya (reff dan seterusnya), penulis lirik lagu The Spirit Carries On ini seolah menceritakan bahwa akhirnya dia menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Bahwa hidup hanyalah persinggahan sementara di dunia ini. Menyadari bahwa yang mati adalah raganya, tidak jiwanya. Jiwanya akan tetap hidup. Artinya kematian bahkan bukanlah akhir dari kehidupan sebenarnya. Takut menghadapi kematian itu adalah hal yang wajar. Namun yang lebih penting adalah bagaimana kita mempersiapkan kematian kita, leaving a great legacy. Agar kenangan kebaikan tentang diri kita atau apa yang telah kita perbuat, bisa terus ada walaupun secara fisik kita sudah tidak ada di dunia ini.

Lirik lagu The Spirit Carries On ini memang cukup unik. Saking dalamnya maknanya atau  bisa jadi saking ruwetnya alur yang dimunculkan. Kalau kita lihat lagi di liriklirik selanjutnya, barangkali kita bisa menerka bahwa pencerahan yang didapatkan salah satunya melalui mimpi yang dirasakan. Mengenai kebebasan dari rasa sakit dan ketakutan. Mengenai ketenangan karena dikelilingi oleh cahaya. Karena dia telah kembali ke Sang Maha Cahaya, kembali ke asal muasal dia diciptakan.

Kemudian terbangun, dan kembali menyampaikan bahwa 

If I die tomorrow

I'd be all right


Because I believe


That after we're gone


The spirit carries on


yah... The Spirit Carries On... The Spirit Carries On...

Menarik sekali bukan lirik lagu The Spirit Carries On-nya milik Dream Theater ini? Yaa... sekali lagi terjemahan lagu The Spirit Carries On yang saya tulis ini hanya versi saya saja. Benarnya seperti apa yaa Wallahu A'lam...hehehe...

Semoga bermanfaat
*Salaman*

Monday, July 29, 2013

Chelsea FC Ternyata...


Beberapa hari yang lalu, Indonesia kedatangan lagi para pemain sepakbola dari luar negeri. Kali ini adalah Chelsea FC, ya, salah satu tim papan atas liga inggris yang menyempatkan diri mengunjungi Indonesia di tour pra musimnya.

Sebuah kebanggan tentu bagi penggemar bola Indonesia karena bisa melihat dari jarak dekat para pemain terkenal yang biasanya hanya mereka lihat di luar negeri. Sebuah keberuntungan juga bagi timnas Indonesia karena mendapatkan sparing partner berkualitas untuk pemantapan persiapan timnas menghadapi event pertandingan selanjutnya.

Pada hari yang telah ditentukan, bertandinglah timnas Indonesia melawan tim Chelsea FC. Hasilnya?? ya.. timnas Indonesia kalah telak, 8-1. Ya masih lumayan baik dibandingkan kalah 9-0, hehe..Analisis penyebab kekalahan adalah karena kurang padunya para pemain timnas yang disebabkan persiapan yang kurang matang. Perlu diketahui bahwa skuad tim Indonesia memang selalu berganti-ganti dari mulai pertandingan melawan belanda, arsenal, liverpool, sampai melawan Chelsea ini.

Lepas dari apapun, dari sebuah pertandingan sepak bola kita bisa belajar banyak hal tentang hidup. Pertama, Hidup itu harus fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Seperti kita ketahui, dalam sebuah pertandingan sepak bola, minimal terdiri dari 3 unsur, pemain, penonton, dan komentator. Unsur paling utama adalah pemain, fokus dia adalah mencetak gol dan memenangkan pertandingan. Penonton tugasnya adalah menyoraki pemain, baik memberikan dukungan atau justru melakukan provokasi kepada pemain. Komentator tugasnya adalah memberikan komentar terhadap jalannya pertandingan. Sudah jelas di sana bahwa aktor utama adalah pemain itu sendiri. Penonton dan komentator bukan pelaku, mereka ada di luar permainan. Kalau kemudian fokus si pemain justru ke arah supporter dan komentator, maka gol dan kemenangan sudah pasti akan menjadi sulit didapatkan.Yang justru muncul adalah kondisi emosi dan capek mendengarkan sorakan dari penonton maupun komentator.

Hidup kita pun demikian bukan? Kitalah yang bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri, bukan orang lain. Kita lah yang kemudian harus fokus terhadap tujuan hidup kita. Kalau ada ujian dari luar diri kita, itu adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu dibesar-besarkan. Siapa yang lebih tahu tentang 'permainan' yang sedang kita mainkan dalam hidup? Kita sendiri, kitalah yang menjadi 'sutradara' untuk hidup kita, bukan orang lain.

Kedua, sepak bola menjadi indah karena di dalam lapangan ada 22 orang yang bermain. Hidup menjadi indah saat kita tidak hidup sendiri, tetapi juga bersinergi dengan orang lain yang juga sama-sama 'pemain' dalam hidup ini. Seperti halnya pemain sepak bola, mereka bisa bermain indah dan cantik dengan teman satu tim mereka karena mereka memiliki kesamaan visi. Demikian pula dalam hidup kita, pilihlah rekan, sahabat, pendamping hidup yang bisa satu visi dengan kita, yang akan mendukung kita dalam kebaikan, bukan yang sebaliknya. Sehingga hidup kita menjadi lebih indah dan bermakna.

Ketiga, dalam sepak bola ada sosok pelatih yang memberikan instruksi, juga pengadil lapangan yang disebut sebagai wasit. Dalam hidup kita harus yakin bahwa kita telah dibekali banyak hal oleh Tuhan. Saat kita dekat denganNya, maka akan menjadi lebih mudah kita menerima petunjukNya yang akan membawa kita kepada 'kemenangan' dalam hidup yang dijalani. Lalu di mana peran 'wasit'nya? Dalam hal ini kita juga harus yakin bahwa apapun yang kita lakukan dalam hidup adakan diberikan balasan yang setimpal. Dalam sepak bola, kalau melanggar, mendapatkan peringatan, mendapatkan hukuman. Begitu juga dalam hidup, Tuhan tidak pernah tidur, Dia Maha Tahu hal apa saja yang telah dilakukan oleh hamba-hambaNya, semua telah tercatat dan akan diberikan balasan sesuai dengan apa yang dilakukan hambaNya.

Well, apapun dalam hidup ini ternyata bisa kita maknai apapun, dan kemampuan memaknai itulah yang akan membuat kita bisa menikmati hidup. Chelsea itu adalah klub sepak bola dan sepak bola itu... ternyata tidak hanya menyehatkan badan yaa, tetapi juga menyehatkan pikiran dan hati kita.

*Published too on Mindtalk.com

Lembayung Bali (Part 2)

Haloo jumpa lagi dengan lanjutan dari Lembayung Bali (part 1)..

(+) Tumben ente lanjutin Ji...biasanya kepending lama tuh
(-) Apanye Ji yang kepending lama?
(+) Nah itu biasanya kalau ente buat tulisan berseri, seri lanjutannya ga muncul2
(-) Hehe... iya yaa... takut idenya ilang lagi Ji.. pengalaman dah dari nyang kemarin
(+)Olraiiit baiklah Jii... lanjut dah kalau gitu...
(-) Nuhun Jiiii....

Mari kita posting lagi liriknya dan kita bahas satu per satu

Menatap lembayung di langit Bali
dan kusadari betapa berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak terbatas
bebas berandai memulang waktu

Hingga masih bisa kuraih dirimu
Sosok yang mengisi kehampaan kalbuku
Bilakah diriku berucap maaf
Masa yang tlah kuingkari dan meninggalkanmu
oh cinta

Teman yang terhanyut arus waktu
Mekar mendewasa
Masih kusimpan suara tawa kita
Kembalilah sahabat lawasku
Semarakkan keheningan lubuk

Hingga masih bisa kurangkul kalian
Sosok yang mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
Tegar melawan tempaan semangatmu itu
oh jingga

Hingga masih bisa kujangkau cahaya
Senyum yang menyalakan hasrat diriku
Bilakah kuhentikan pasir waktu
Tak terbangun dari khayal keajaiban ini
oh mimpi

Andai ada satu cara
Tuk kembali menatap agung surya-Mu

Lembayung Bali



melepaskan dari adanya unsur-unsur wilayah di lagu ini (Bali-red), yang saya tangkap lewat lagu ini adalah keberadaan sebuah kenangan yang sangat berharga saat berinteraksi dengan adek-adek siswa. Sebuah interaksi yang mengingatkan bahwa dulu kita pernah memiliki masa yang sama atau bahkan lebih indah dari apa yang mereka rasakan sekarang ini. Ada sebuah keinginan untuk mengenang kembali, mengalami kembali masa-masa itu. Masa penuh keceriaan dan kebahagiaan.

Dan sekarang senyatanya adalah diri ini sudah dewasa dan tak mungkin lagi menjadi anak-anak. Maka berinteraksi dengan adek-adek siswa ini seolah mendekatkan lagi dengan kenangan masa kecil itu. Sehingga yang tercipta pun suasana ceria. Sehingga yang tercipta pun adalah suasana bahagia. Ah... ingin rasanya mengucapkan maaf pada sosok "diri kecil" yang kini pun masih terus membersamai perjalanan hidup ini. Seandainya bisa kembali, ingin rasanya melakukan yang lebiiih banyak lagi saat masa-masa kecil dulu. Namun sudahlah... itu adalah masa lalu yang tak perlu disesali..

Sekarang, dengan segala pengalaman yang sudah kualami dulu. Menjadi salah satu tugasku untuk mengawal perjalanan adek-adek siswa ini. Menjadikan mereka memiliki pengalaman masa kecil yang jauh lebih indah dan bermakna. Ikut berpartisipasi menjadikan mereka menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter.

Sekarang, dengan segala ilmu yang telah kudapatkan. Maka ada sebuah tanggung jawab moral untuk menemani mereka dalam proses mewujudkan impian-impian yang mereka miliki. Sungguh bahagia menatap wajah-wajah penuh semangat, tawa mereka yang membangkitkan hasrat dalam diri untuk melakukan yang lebih baik lagi. Membakar semangat diri ini untuk melakukan lebih baik lagi dalam hidup, membenahi diri dan kehidupan. Agar semakin banyak kemanfaatan yang bisa diberikan. 

Untuk sebuah peradaban yang lebih baik lagi
Untuk Indonesia
Untuk memenuhi amanahNya sebagai hamba

Sunday, July 28, 2013

Lembayung Bali (Part 1)

Pertama kali mendengar lagu berjudul "Lembayung Bali" adalah saat bersama rekan-rekan Inspirator Muda Purworejo dipertemukan dengan alumni Indonesia Mengajar di Magister Administrasi Publik UGM. Saat itu kami difasilitasi oleh Bapak Dwi Atmaji, beliau adalah salah satu direktur di Bappenas. Oleh pemateri (namanya mbak Oka) lagu ini dijadikan background music dari movie yang berisi foto-foto beliau selama bertugas di salah satu daerah terpencil di Kalimantan.




Eh...begitu di- searching di Google, ternyata lagu ini termasuk stok lagu lama.Lho..kok saya ndak tahu yaa.. And finally ini liriknya : 

Menatap lembayung di langit Bali
dan kusadari betapa berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak terbatas
bebas berandai memulang waktu

Hingga masih bisa kuraih dirimu
Sosok yang mengisi kehampaan kalbuku
Bilakah diriku berucap maaf
Masa yang tlah kuingkari dan meninggalkanmu
oh cinta

Teman yang terhanyut arus waktu
Mekar mendewasa
Masih kusimpan suara tawa kita
Kembalilah sahabat lawasku
Semarakkan keheningan lubuk

Hingga masih bisa kurangkul kalian
Sosok yang mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
Tegar melawan tempaan semangatmu itu
oh jingga

Hingga masih bisa kujangkau cahaya
Senyum yang menyalakan hasrat diriku
Bilakah kuhentikan pasir waktu
Tak terbangun dari khayal keajaiban ini
oh mimpi

Andai ada satu cara
Tuk kembali menatap agung surya-Mu

Lembayung Bali

Entah apa maksud asli dari si pencipta lagu ini. Kalau melihat video klipnya sih, lagu ini menceritakan mengenai kisah persahabatan antara dua orang. Persahabatan yang pada suatu harus terpisahkan karena sesuatu yang terjadi di antara mereka. Lagu ini dimaksudkan untuk mengenang masa-masa indah yang pernah mereka lalui dulu.

Ya tapi itu menurut video klipnya dan menurut beberapa ulasan mengenai lagu ini. Bagi saya, lagu ini terasa spesial karena emosi yang muncul saat saya mendengar lagu ini adalah mengenai semangat untuk mengabdi. Semangat untuk berbagi, menjadikan diri menjadi bermanfaat bagi orang lain. Apalagi gambar yang muncul bersama lagu ini adalah saat mbak Oka ini berinteraksi dengan adek-adek sekolah dasar tempat mbak Oka bertugas sebagai pengajar muda.

Betapa masa saat kita menjadi seorang anak adalah masa yang sangat menyenangkan. Masa dimana kita bebas mengekspresikan apa saja tanpa perlu dibatasi oleh pemikiran-pemikiran yang membelenggu. Masa di mana seolah apa saja bisa kita dapatkan, tanpa khawatir akan terjadi sesuatu yang akan menghambat terwujudnya keinginan itu.

Ah barangkali karena sosok anak kecil ini lebih dekat kali ya hubungannya dengan Tuhan. Jiwa mereka, pemikiran mereka, belum terlekatkan oleh sekat-sekat yang berpotensi meruntuhkan keimanan kita kepadaNya. Oleh sebab jiwa dan pemikiran mereka sering ter-connect denganNya, sehingga dengan mudah mereka menyerap semua ilmu-ilmuNya. Dengan mudah mereka memunculkan suasana ceria kepada orang-orang di sekitarnya. Merekalah yang sering disebut sebagai pembelajar yang luar biasa. Menyerap ilmu, belajar tanpa tendensi apapun, karena 'sadar' bahwa ember di kepala mereka masih perlu diisi dengan berbagai macam ilmu dan pengalaman. 

Lalu perlukah kita kembali menjadi seperti mereka? Apa bisa? Apa gunannya. Hehe... pertanyaan ini silakan dijawab masing-masing saja. Kalau menurut saya, kalau kita berubah bentuk lagi menjadi seperti mereka, itu sesuatu yang mustahal (kakaknya mustahil), kecuali DIA berkehendak demikian,, hehe... Jadi yang bisa diakusisi dari anak-anak adalah pola pemikiran mereka. Rasa ingin tahu, melakukan sesuatu dengan totally, menjalankan sebuah proses dengan tulus tanpa embel-embel apapun, 'sadar diri' bahwa mereka adalah makhluk yang lemah dan bodoh yang membutuhkan banyak 'nutrisi' untuk melanjutkan hidup.

Dan tetiba berpikir, waah... seandainya masa kecil kita terkawal dengan pola pendidikan yang baik. Terbimbing dengan sosok-sosok yang mengerti bagaimana si anak kecil ini diarahkan, wow.... tentu luar biasa sekali bukan? Lalu siapa yang seharusnya bertanggung jawab untuk ini? Dinas pendidikan saja? Guru saja? Saya kira tidak. Setiap orang yang ngeh mengenai betapa besarnya peran pendidikan terhadap perkembangan pribadi, masyarakat, dan bangsa, seharusnya bersedia untuk melibatkan diri di dalamnya. 

Lha kalau belum ngeh? Ya yang sudah lebih ngeh mengajak mereka untuk menjadi ngeh. Caranya? Semoga gerakan-gerakan seperti Indonesia Mengajar, Sekolah Guru Indonesia, UGM Mengajar, Inspirator Muda Purworejo, akan menjadi media-media yang bisa memfasilitasinya...

Laah.. ini malah lembayung Bali-nya belum terbahas nih...hehehe.... kayaknya perlu nambah satu part lagi nih.... kalau dibahas di sini semua, takutnya kepanjangan. Biar ada jedanya juga kaan?

Okkeeh... cu to the next chapter, masih tentang Lembayung Bali...

Ndalu
*Salaman*

Saturday, July 27, 2013

It's About Destiny


Tuhan ciptakan kita dengan sebuah maksud di sana. Ada sebuah ketentuan yang telah ditetapkan olehNya, jauh sebelum kita terlahir di dunia ini. Jauh sebelum sesosok bayi kita terlahir dari rahim ibu kita semua. Sebuah ketentuan atau takdir yang harus kita jalani dalam hidup ini. Tahukah kita mengenai bagaimana persisnya takdir yang telah ditetapkanNya itu? Tentu saja tidak dan karena memang itu bukan wilayah kita untuk tahu apa persisnya. Wilayah kita adalah menjalani dengan sepenuh hati apapun yang sedang kita alami saat ini kemudian selalu mempasrahkan diri kepada tuntunanNya.. tuntunan illahi..berpasrah.

Manusia memang boleh berkehendak dan itu adalah sesuatu yang wajar karena kita memiliki akal. Akal itu pun juga anugerahNya, maka sudah seharusnya jika akal tersebut kita gunakan untuk berpikir, untuk memiliki kehendak atau keinginan. Walaupun akan selalu ada dua hal ini, keinginan kita atau agenda kita sebagai manusia dan ketetapan Tuhan atau agenda Tuhan. Lalu agenda siapa yang kira-kira akan memenangkannya? Hehe… tak perlu diperdebatkan lagi, tentu agenda Tuhan atau ketetapanNya-lah yang akan menang, bukan agenda kita.

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa bersinergi dengan agendaNya? Cara paling mudah, mari kita selalu ingat untuk memohon “Ya Allah… tuntun hamba, agar pikiran hamba, kehendak hamba, perilaku hamba, bisa selalu dekat dengan kebenaranMu, selaras dengan kebaikan, kesehatan, dan kebahagiaan”. Akh, apapun itu, mari kita izinkan diri kita untuk selalu ‘dituntun’ olehNya dalam menghadapi setiap hal yang telah disusunkanNya untuk kita selama kita hidup di dunia ini. Kehormatan dan pengakuan yang akan kita terima, bukanlah mengenai kedudukan atau materi, melainkan mengenai kesediaan kita untuk melakukan tawaran Tuhan dan memenuhi tugas yang telah diberikanNya kepada kita dalam kehidupan kita.

Lho kalau begitu mending kita berpasrah saja kan dengan kehendakNya? Betul, memang kepasrahan itu harus ada dalam setiap tindakan kita. Namun pasrah di sini bukan berarti doing nothing, tapi justru kebalikannya, yaitu dengan menyadari setiap potensi yang ada dalam diri kita. Kemudian  menjalankan setiap aktivitas dengan kesadaran bahwa ini adalah salah satu bagian untuk memenuhi ketentuanNya. Selanjutnya berfokus kepada proses terbaik yang bisa kita lakukan. Berpasrah bukan berarti diam, melainkan kita bicara mengenai memaksimalkan potensi atau kekuatan kita, bagaimana memunculkan peluang-peluang baru, memunculkan alternative pilihan-pilihan dalam hidup dan mengelola hati untuk memunculkan kebijaksanaan dalam diri.


Mari terus bertumbuh, selesaikan setiap ‘kelas’ yang harus kita selesaikan dalam hidup. Tak usah iri hati dengan keadaan orang lain di luar kita. Biarkan mereka dengan ‘kelas’ mereka, mereka sudah ditentukan dengan jalan mereka. Barangkali mereka sudah selesaikan ujian-ujian di tiap ‘kelas’ yang sekarang ini baru kita alami. So, mari berfokus untuk hadapi setiap tantangan dalam hidup ini. Mari selesaikan dengan kemampuan terbaik yang kita miliki. Dengan kesadaran bahwa semua adalah dariNya dan akan kembali kepadaNya.

Sugeng Enjaang
*Salaman*

Sunday, July 21, 2013

Back To Basic

Sedikit merenungkan mengenai keberadaan kita sebagai seorang manusia dalam hidup ini...

Bukankah sejatinya manusia itu diciptakan untuk mengabdi dan beribadah kepadaNya?
Bukankah untuk itu kita telah dibekali dengan berbagai macam sumber daya yang akan menguatkan kita untuk mencapai tujuan tersebut di atas?
Bukankah sudah disampaikan bahwa kita telah diciptakan dengan  sebaik-baik bentuk?
Bukankah sudah disampaikan bahwa bersama sebuah kesulitan itu juga ada kemudahan yang membersamainya?


Bukankah setiap jiwa pada hakikatnya berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya?
Bukankah setiap manusia akan mengalami kematian dan akan diuji dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan?
Bukankah memang sudah fitrahnya manusia untuk selalu merasa rindu untuk 'kembali' ke asalnya?

Pertanyaan-pertanyaan yang barangkali sudah sering kita dengar atau bahkan kita renungkan. Namun pada akhirnya hanya terhenti pada sebatas renungan saja. Pada akhirnya tidak teraplikasikan secara nyata dan memberikan 'nyawa' pada setiap aktivitas yang kita jalani sehari-hari. Akibatnya, aktivitas yang kita jalani menjadi hampa, seolah tanpa makna dan hanya menjadi rutinitas belaka.

Fitrahnya manusia adalah menjadi penebar manfaat kepada sekitarnya. Barangkali itu adalah pengejawantahan dari tugas kita untuk mengabdi dan beribadah kepadaNya. Karena kesadaran bahwa tugas kita memberikan manfaat akan menyambungkan diri kita dengan tugas untuk beribadah itu sendiri. Manfaat identik dengan kebaikan dan kebaikan itu adalah terkait dengan sifat-sifatNya. Saat kita berbuat baik, maka itulah kesadaran bahwa hidup itu adalah untuk mengabdi.

Saat kita ingin memberikan manfaat, bisa diibaratkan saat kita ingin memberikan kepada seseorang satu gelas air putih. Kalau kita ingin memberikan satu gelas, maka minimal kita punya stok satu gelas air putih. Kalau kita punya stok lebih banyak lalu bagaimana? otomatis jumlah penerima akan lebih banyak. Demikian analogi sederhananya. So, saat kita ingin memberikan manfaat lebih banyak, itu berarti kita berharap bisa berbagi kebaikan lebih banyak. Agar bisa berbagi banyak, maka kita membutuhkan sumber daya yang banyak pula. Apakah itu sudah tersedia? Tentu kita harus yakini iya!! Sumber daya itu sudah tersedia, baik dari dalam diri kita maupun orang lain. 

Kuncinya sekarang kembali kepada diri kita, kembali kepada kesadaran kita. Maukah kita sadar untuk kemudian terus menggali potensi-potensi sumber daya itu? Kemudian memanfaatkannya, membagikannya sebagai wujud rasa syukur kita atas perolehan sumber daya yang kita dapatkan. Dan kemudian menggali lagi untuk mendapatkan sumber daya yang lain, dan kemudian membagikannya lagi, menebarkan kembali kemanfaatan yang semakiin banyak di lingkungan kita.

Jadi kira-kira kalau ada kalimat yang menyebutkan bahwa manusia adalah khalifah fil ardhi, apa terjemahannya? Persisnya saya juga belum tahu. Tapi bolehlah kita memahami seperti ini, yang namanya khalifah itu kan artinya pemimpin. Pemimpin itu berarti punya yang dipimpin. Tugas seorang pemimpin adalah mengarahkan siapapun, apapun yang dipimpinnya agar menjadi baik. Dalam konteks negara, berarti negara tersebut menjadi makmur dan sejahtera. Dalam konteks perusahaan, berarti bagaimana agar perusahaan bisa berkembang maju, karyawan sejahtera, masyarakat mendapatkan manfaat juga di dalamnya. Dalam konteks keluarga, berarti bagaimana menjadikan seluruh potensi yang ada untuk menjadikan keluarganya menjadi sakinah, mawaddah, warrohmah. Dalam konteks diri, berarti bagaimana menjadikan diri menjadi teladan yang baik, diri yang dicintai dan dihargai oleh sekitarnya, dan seterusnya.

Lalu apa batasannya? Berapa jumlah yang kita pimpin? Mana saja sumber daya yang menjadi hak kita? Seberapa luas jangkauan wilayah ke-khalifah-an kita? Aaa... itu adalah rahasiaNya bukan? Jadi kuncinya adalah bagaimana kita melihat dengan lebih sadar akan sumber daya apapun yang ada dalam diri kita maupun diluar diri kita yang bisa kita akses. Lalu kita gunakan itu dengan sebaik-baiknya. Kita 'pimpin' mereka semua untuk menuju ke arah yang memberdayakan. Terus lakukan yang terbaik, sampai saat itu tiba, dimana kita akan dimintai pertanggung jawabannya. 

Hmmm... kalau diteruskan sepertinya masih panjang pembahasan ini. Tulisan ini sengaja dibiarkan mengalir, tanpa diedit, tanpa membaca lagi apakah pembaca akan memahami dengan baik maksud dibalik setiap kata maupun keseluruhan dari tulisan ini. Ah biarkan saja mengalir, karena memang jari ini sedang ingin menuliskan beberapa untaian hikmah yang baru saja didapatkan dari sekian banyak peristiwa yang terjadi. 

Jadi teringat sebuah rangkaian kata yang disampaikan oleh pemateri kultum hari sabtu kemarin, BACK TO BASIC. Mari kembali ke wilayah kesadaran untuk memahami siapa sejatinya diri kita? Kemana kita akan pergi? Mengapa kita diciptakan? Dari mana kita berasal? TanpaNya kita bukan apa-apa, tanpa pertolonganNya maka tak akan mampu kita menaklukkan dunia.

*Salaman*

Tuesday, July 16, 2013

Menulis Tentang Cinta ^_^

Tetiba ingin menulis mengenai tema ini, sesuatu yang terkait dengan cinta. Ah... bukankah ini tema yang sudah sangat umum? hehe... ya biarkan saja. Biarkan orang mempersepsikan dengan sudut pandangnya masing-masing. Begitu juga sebaiknya diri ini membebaskan jemari-jemari ini untuk kemudian menuliskan apa yang dituntukan untuk ditulisnya.



Ketika cinta telah dilekatkan di hati manusia
Tersambutlah samudera di senja hari 
Dengan kemilau indahnya
Dengan balutan kesejatian yang terpatri
Dalam hati sanubari

Melahirkan dermaga untuk melabuhkan 
Seberkas sinar  keilahian 
Yang menambatkan cinta 
Dalam dua hati hambaNya.

Ketika sang malam menampakkan dirinya
Merdu alunan indah doa penawar rindu
Melantukan harapan kesucian
Bermunajat menyibak ketentuanNya
Menunggu akhir sebuah kisah
Mengenai misteri perjumpaan

Dan terus melanjutkan lantunan merdu
Menanti anugerahNya
Dia yang akan diperjalankan
Dia yang akan menggenapkan
Separuhnya

Menambatkan pada kuasa agung
Sang Maha pemilik cinta
Sang Maha pemilik hati
Semoga tersatukan
Dalam nuansa keberkahan
Dalam kasih sayangNya

*Inspired from : Ketika Cinta Bertasbih (versi Suby Ina)
Bisa melihat cuplikannya Disini

Sunday, July 7, 2013

Sedikit mengenai Puasa

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, salah seorang tokoh yang terkenal, sebut saja Maslow, mengelompokkan kebutuhan manusia menjadi 5 bagian. Kurang lebihnya adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisik, yang utama seperti makan, minum, dan syahwat
2. Kebutuhan untuk mempunyai tingkat kesejahteraan yang cukup sehingga menimbulkan rasa aman
3. Kebutuhan untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain atau bermasyarakat
4. Kebutuhan untuk dihormati atau dihargai
5. Kebutuhan untuk beraktualisasi diri yaitu untuk mencapai sesuatu.

Lalu bagaimana agar kelima kebutuhan tadi bisa terkontrol dengan baik? Maksudnya agar bisa berjalan dengan baik dan seimbang. Kuncinya adalah di penataan dan pengendalian diri.

Bagaimana tepatnya yang disebut dengan pengendalian diri ini? Karena menjelang bulan Ramadhan, mari kita kaitkan dengan peran Puasa atau Shaum sebagai salah satu alat pengendalian diri yang efektif. Kesadaran bahwa puasa bisa berperan menjadi salah satu alat pengendalian diri yang efektif ini akan menjadikan kita ngeh bahwa sebenarnya puasa ini kita yang butuh. Bukan karena Tuhan yang butuh. Karena mau semua manusia puasa atau bahkan tidak ada yang puasa sama sekali pun, itu tidak akan berpengaruh terhadap besarnya kekuasaanNya.

Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita lihat apa sih sebenarnya faktor pembeda yang membedakan antara manusia dan hewan? Kira-kira beda atau sama ya? Hewan makan dan minum, manusia juga makan dan minum. Hewan beranak-pinak, manusia pun juga demikian. Hampir semuanya sama, kecuali pada akalnya.
Manusia dikaruniai akal, sedangkan hewan tidak. Jadi apa kaitannya dengan puasa? Maka puasa adalah salah satu cara untuk mengembalikan fitrah kita sebagai manusia yang berakal, berasal dari keadaan bersih dan seharusnya kembali kepadaNya pun dalam keadaan yang sama.

Puasa tidak hanya terkait dengan aktivitas fisik, lebih dari itu, puasa adalah kegiatan ruhani. Bagaimana ruhani kita benar-benar terdidik sehingga berdampak pada peningkatan kualitas diri kita sebagai manusia.
Kegiatan ruhani, bagaiman dengan puasa akhirnya kita menjadi lebih ngeh dengan suara dari dalam hati kita. Kita menjadi lebih aware dengan apapun yang kita jumpai dalam hidup ini. Menuntun kita untuk bisa melatih diri untuk menjaga niat hanya karenaNya dalam setiap aktivitas yang dijalani.

Kemudian apa saja yang perlu kita ingat agar kita bisa menjalankan puasa dengan baik dan benar-benar memberikan dampak bagi diri kita?
1. Sibuklah dalam ibadah, membiasakan dengan sadar mengucapkan bismillah dalam setiap aktivitas yang dijalani
2. Sibuk mentauhidkan Allah. Dalam segala hal apapun yang kita temui dalam hidup, bagaimana kita bisa selalu menyambungkannya dengan kekuasaan Allah
3. Menasehatkan diri mengenai penghancur kelezatan yaitu kematian.

#dari catatan pengajian menjelang Ramadhan di masjid Al Hidayah Modinan bersama Dr Muhammad Nur, M.Ag (Imam Besar Masjid Kampus UGM)