Saturday, July 27, 2013

It's About Destiny


Tuhan ciptakan kita dengan sebuah maksud di sana. Ada sebuah ketentuan yang telah ditetapkan olehNya, jauh sebelum kita terlahir di dunia ini. Jauh sebelum sesosok bayi kita terlahir dari rahim ibu kita semua. Sebuah ketentuan atau takdir yang harus kita jalani dalam hidup ini. Tahukah kita mengenai bagaimana persisnya takdir yang telah ditetapkanNya itu? Tentu saja tidak dan karena memang itu bukan wilayah kita untuk tahu apa persisnya. Wilayah kita adalah menjalani dengan sepenuh hati apapun yang sedang kita alami saat ini kemudian selalu mempasrahkan diri kepada tuntunanNya.. tuntunan illahi..berpasrah.

Manusia memang boleh berkehendak dan itu adalah sesuatu yang wajar karena kita memiliki akal. Akal itu pun juga anugerahNya, maka sudah seharusnya jika akal tersebut kita gunakan untuk berpikir, untuk memiliki kehendak atau keinginan. Walaupun akan selalu ada dua hal ini, keinginan kita atau agenda kita sebagai manusia dan ketetapan Tuhan atau agenda Tuhan. Lalu agenda siapa yang kira-kira akan memenangkannya? Hehe… tak perlu diperdebatkan lagi, tentu agenda Tuhan atau ketetapanNya-lah yang akan menang, bukan agenda kita.

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa bersinergi dengan agendaNya? Cara paling mudah, mari kita selalu ingat untuk memohon “Ya Allah… tuntun hamba, agar pikiran hamba, kehendak hamba, perilaku hamba, bisa selalu dekat dengan kebenaranMu, selaras dengan kebaikan, kesehatan, dan kebahagiaan”. Akh, apapun itu, mari kita izinkan diri kita untuk selalu ‘dituntun’ olehNya dalam menghadapi setiap hal yang telah disusunkanNya untuk kita selama kita hidup di dunia ini. Kehormatan dan pengakuan yang akan kita terima, bukanlah mengenai kedudukan atau materi, melainkan mengenai kesediaan kita untuk melakukan tawaran Tuhan dan memenuhi tugas yang telah diberikanNya kepada kita dalam kehidupan kita.

Lho kalau begitu mending kita berpasrah saja kan dengan kehendakNya? Betul, memang kepasrahan itu harus ada dalam setiap tindakan kita. Namun pasrah di sini bukan berarti doing nothing, tapi justru kebalikannya, yaitu dengan menyadari setiap potensi yang ada dalam diri kita. Kemudian  menjalankan setiap aktivitas dengan kesadaran bahwa ini adalah salah satu bagian untuk memenuhi ketentuanNya. Selanjutnya berfokus kepada proses terbaik yang bisa kita lakukan. Berpasrah bukan berarti diam, melainkan kita bicara mengenai memaksimalkan potensi atau kekuatan kita, bagaimana memunculkan peluang-peluang baru, memunculkan alternative pilihan-pilihan dalam hidup dan mengelola hati untuk memunculkan kebijaksanaan dalam diri.


Mari terus bertumbuh, selesaikan setiap ‘kelas’ yang harus kita selesaikan dalam hidup. Tak usah iri hati dengan keadaan orang lain di luar kita. Biarkan mereka dengan ‘kelas’ mereka, mereka sudah ditentukan dengan jalan mereka. Barangkali mereka sudah selesaikan ujian-ujian di tiap ‘kelas’ yang sekarang ini baru kita alami. So, mari berfokus untuk hadapi setiap tantangan dalam hidup ini. Mari selesaikan dengan kemampuan terbaik yang kita miliki. Dengan kesadaran bahwa semua adalah dariNya dan akan kembali kepadaNya.

Sugeng Enjaang
*Salaman*

No comments:

Post a Comment