Sunday, January 8, 2017

Orang Beriman Tertib di Jalan Raya



Awal mula melihat tulisan “Orang Beriman Tertib di Jalan Raya”, saya langsung mengernyitkan dahi sambil bertanya, apa hubungannya? Sembari merenung, selintas muncul dalam pikiran saya, tulisan itu telah menghipnosis saya ternyata. Sederhana, tapi memaksa saya untuk berpikir keras. Mencoba menerka apa makna dari tulisan tersebut sekaligus membuatnya rasional di pikiran saya.

Hipotesis yang muncul yaitu semakin orang beriman semakin dia tertib di jalan raya. Pertanyaannya sekarang bagaimana orang bisa dikatakan beriman? Kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengertian beriman adalah mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika demikian, maka termasuk juga meyakini bahwa Tuhan itu pasti Maha Baik. Tuhan juga pasti Maha Indah, semuanya teratur dengan baik olehNya. Kalau tidak salah, sepertinya tidak pernah kita mendengar Tuhan Maha Terburu-buru atau Tuhan Maha Berantakan bukan?

Lha berarti apa analisisnya kalau dijalan masih sering kebut-kebutan yang membuat orang lain tidak nyaman? Lalu bagaimana juga jika seenaknya menerobos lampu merah atau membuat jalan macet karena berhenti tidak pada tempatnya? Barangkali memang kadar “beriman” yang dimiliki seseorang tersebut perlu dipertanyakan kembali.

Selanjutnya, dari ngendikane kanjeng nabi, dikatakan bahwa "Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana dia mencintai kebaikan itu untuk dirinya sendiri". Berdasarkan perkataan mulia tersebut, barangkali kita bisa dapatkan analisis ini :

1.    Saya suka kalau ada orang naik motor dengan kecepatan standar dan tertib, sebagaimana banyak orang juga menyukai hal yang sama ‪#‎NoNgebutbikinOrangTakut
2.    Saya suka kalau pas lampu merah, saat saya mau ke kiri (jalan terus) saya tidak harus berhenti karena hak jalan saya dipakai plus dipenuhi pengendara yang mau lurus. Sebagaimana banyak orang juga menyukai hal yang sama ‪#‎NoKorupsiHakJalanOrangLain

Nah, menjadi gamblang kiranya ya maksud dari tulisan “Orang Beriman Tertib di Jalan Raya”. Orang beriman pasti akan senang saat saudaranya senang karena dia juga senang apa yang disenangi oleh saudaranya. Orang beriman pasti tidak akan tega mengambil hak saudaranya, termasuk mengambil hak jalan saudaranya saat di jalan raya. Orang beriman pasti juga senang keteraturan termasuk mematuhi peraturan berlalu lintas yang sudah ditetapkan. Kalau demikian, hipotesis bahwa semakin tinggi keimanan seseorang semakin tertib seseorang di jalan raya (semoga) bisa diterima.

Membayangkan betapa indahnya saat bu menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan berhasil membangun sinergi dengan pihak kepolisian untuk merancang silabus pelatihan dengan tema “Pembentukan karakter masyarakat Indonesia lewat perilaku tertib di jalan raya”. Pelatihan yang tentu saja tidak hanya akan berdampak pada kadar keimanan seseorang, tetapi juga berdampak luas pada berbagai bidang di Negara Indonesia tercinta ini.

Maka menjadi semakin indahlah negeri ini saat semakin banyak orang yang berhasil memimpin diri untuk tertib di jalan raya. Maka menjadi semakin tertatalah negeri ini saat semakin banyak orang yang berhasil menata diri untuk tertib di jalan raya. Maka menjadi semakin makmurlah negeri ini saat orang tidak seenaknya mengambil hak orang lain yang bukan haknya, termasuk hak jalan di jalan raya.

Jadi kalau ada sebuah perkataan yang mengatakan bahwa life is choice atau hidup adalah pilihan, berarti perilaku tertib atau tidak tertib di jalan raya adalah sebuah pilihan. Dengan sadar saya, Anda dan kita semua mulai saat ini dan seterusnya bisa mengatakan, “Saya memilih untuk tertib di jalan raya karena saya adalah orang beriman dan memiliki karakter yang baik”. Tentu saja anda boleh merenungkannya terlebih dahulu, sebelum Anda mulai praktikkan kebiasaan untuk tertib di jalan raya, sekarang, dan seterusnya.

by the way, tulisan ini akhirnya dipublish di Bernas :)

 

No comments:

Post a Comment