Awal
mula melihat tulisan “Orang Beriman Tertib di Jalan Raya”, saya langsung
mengernyitkan dahi sambil bertanya, apa hubungannya? Sembari merenung, selintas
muncul dalam pikiran saya, tulisan itu telah menghipnosis saya ternyata.
Sederhana, tapi memaksa saya untuk berpikir keras. Mencoba menerka apa makna
dari tulisan tersebut sekaligus membuatnya rasional di pikiran saya.
Hipotesis
yang muncul yaitu semakin orang beriman semakin dia tertib di jalan raya.
Pertanyaannya sekarang bagaimana orang bisa dikatakan beriman? Kalau menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengertian beriman adalah mempunyai
keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika demikian, maka
termasuk juga meyakini bahwa Tuhan itu pasti Maha Baik. Tuhan juga pasti Maha
Indah, semuanya teratur dengan baik olehNya. Kalau tidak salah, sepertinya
tidak pernah kita mendengar Tuhan Maha Terburu-buru atau Tuhan Maha Berantakan
bukan?
Lha
berarti apa analisisnya kalau dijalan masih sering kebut-kebutan yang membuat
orang lain tidak nyaman? Lalu bagaimana juga jika seenaknya menerobos lampu
merah atau membuat jalan macet karena berhenti tidak pada tempatnya? Barangkali
memang kadar “beriman” yang dimiliki seseorang tersebut perlu dipertanyakan kembali.
Selanjutnya,
dari ngendikane kanjeng nabi,
dikatakan bahwa "Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia
mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana dia mencintai kebaikan itu
untuk dirinya sendiri". Berdasarkan perkataan mulia tersebut, barangkali kita
bisa dapatkan analisis ini :
1. Saya suka kalau ada orang naik motor dengan kecepatan
standar dan tertib, sebagaimana banyak orang juga menyukai hal yang sama #NoNgebutbikinOrangTakut
2. Saya suka kalau pas lampu merah, saat saya mau ke kiri
(jalan terus) saya tidak harus berhenti karena hak jalan saya dipakai plus
dipenuhi pengendara yang mau lurus. Sebagaimana banyak orang juga menyukai hal
yang sama #NoKorupsiHakJalanOrangLain
Nah,
menjadi gamblang kiranya ya maksud dari tulisan “Orang Beriman Tertib di Jalan
Raya”. Orang beriman pasti akan senang saat saudaranya senang karena dia juga
senang apa yang disenangi oleh saudaranya. Orang beriman pasti tidak akan tega
mengambil hak saudaranya, termasuk mengambil hak jalan saudaranya saat di jalan
raya. Orang beriman pasti juga senang keteraturan termasuk mematuhi peraturan
berlalu lintas yang sudah ditetapkan. Kalau demikian, hipotesis bahwa semakin
tinggi keimanan seseorang semakin tertib seseorang di jalan raya (semoga) bisa
diterima.
Membayangkan
betapa indahnya saat bu menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan
kebudayaan berhasil membangun sinergi dengan pihak kepolisian untuk merancang
silabus pelatihan dengan tema “Pembentukan karakter masyarakat Indonesia lewat
perilaku tertib di jalan raya”. Pelatihan yang tentu saja tidak hanya akan
berdampak pada kadar keimanan seseorang, tetapi juga berdampak luas pada
berbagai bidang di Negara Indonesia tercinta ini.
Maka
menjadi semakin indahlah negeri ini saat semakin banyak orang yang berhasil
memimpin diri untuk tertib di jalan raya. Maka menjadi semakin tertatalah
negeri ini saat semakin banyak orang yang berhasil menata diri untuk tertib di
jalan raya. Maka menjadi semakin makmurlah negeri ini saat orang tidak
seenaknya mengambil hak orang lain yang bukan haknya, termasuk hak jalan di
jalan raya.
Jadi
kalau ada sebuah perkataan yang mengatakan bahwa life is choice atau hidup adalah pilihan, berarti perilaku tertib
atau tidak tertib di jalan raya adalah sebuah pilihan. Dengan sadar saya, Anda
dan kita semua mulai saat ini dan seterusnya bisa mengatakan, “Saya memilih
untuk tertib di jalan raya karena saya adalah orang beriman dan memiliki
karakter yang baik”. Tentu saja anda boleh merenungkannya terlebih dahulu,
sebelum Anda mulai praktikkan kebiasaan untuk tertib di jalan raya, sekarang,
dan seterusnya.
by the way, tulisan ini akhirnya dipublish di Bernas :)
No comments:
Post a Comment