Saturday, January 26, 2013

Sesuatu itu Bernama Cinta


Kalimat "aku sayang kamu", "aku cinta kamu", seolah sudah seperti ucapan tanpa makna. Hampir sama juga dengan saat orang menyampaikan ucapan salam, seolah hanya menjadi ritual yang tak berbobot karena tanpa diiikuti pemahaman yang baik tentang makna di baliknya. 

Kembali ke pemahaman dasar, bahwa memiliki cinta adalah fitrahnya manusia. Manusia memang sudah dikaruniai Tuhan kepekaan rasa, salah satunya adalah saat kita memiliki perasaan yang lebih kepada seseorang atau sesuatu yang sering didefinisikan sebagai cinta.

Terlalu sempit tentu saja saat kita memahami cinta hanya dari sudut pandang mengenai hubungan khusus antara seorang pria dan wanita. Lebih bijaksana saat yang disebut dengan nama "cinta" ini diletakkan dalam konteks yang lebih luas lagi. Bahwa cinta atau kasih juga adalah bagian dari asmaNya yang juga diturunkan kepada manusia. Tidak mungkin Tuhan menurunkannya hanya dalam konteks hubungan antara pria dan wanita saja. 

Ya, cinta seharusnya memiliki makna yang sungguh memberdayakan saat sesuatu yang mendasari munculnya rasa tersebut adalah lebih dari sekedar nafsu atau keinginan untuk memiliki. Lalu apa kalau bukan nafsu atau keinginan untuk saling memiliki? Bolehlah kita mendasarkan diri pada keinginan untuk berbagi atau Memberi. Seperti DIA yang tak pernah perhitungan dalam memberikan karunia kepada hamba-hambaNya. Oleh karenanya DIA adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Memiliki Cinta....

Demikian juga seharusnya saat kita menerapkan yang disebut dengan cinta. Mencintai siapapun, mencintai apapun, seharusnya juga melandaskan pada keinginan "memberi" ini. Memberi sebuah kedamaian, memberi sebuah ketenangan, memberi penjagaan, memberi senyuman, dalam rangka menyalurkan kasih sayangNya, dalam rangka menyadarkan mengenai keberadaan Sang Maha Cinta, yang selalu menyertai dalam setiap hal yang dilakukan hambaNya

3 comments:

  1. kenapa ya belakangan aku beride bahwa "mencintai" tidak selalu berarti "memberi"? Kadang kala, ada sa'atnya kita perlu untuk tidak memberi, perlu untuk berkata "tidak", dan kadang kala malah perlu untuk tidak melakukan apapun..

    hmmm...

    ReplyDelete
  2. Hehehe...boleh-boleh saja, hanya kalau digali lagi dibalik keinginan untuk berkata "tidak", dibalik keinginan "tidak perlu memberi", bisa saja ada sebuah niatan positif yang akhirnya berujung kepada keinginan untuk memberi = cinta :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya juga ya, Bay... Hmm.. akan kupikirkan dulu baik-baik... :D

      Delete