Friday, June 8, 2007

Menikmati dan Mensyukuri

Nikmat identik dengan sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang menyenangkan sangat mungkin membuat kita tersenyum, saat kita tersenyum ternyata juga akan menyenangkan bagi orang yang melihatnya, artinya ketika kita merasakan nikmat, secara tidak langsung kita mentransfer energi positif kepada orang lain. Namun tidak banyak orang yang bisa merasakan apa itu nikmat karena mereka belum memahami apa itu syukur. Kenapa harus syukur? Ya karena dengan syukurlah kita bisa merasakan nikmat. Saat kita hanya bisa makan dengan kerupuk padahal orang lain bisa makan dengan daging yang lezat, mungkin saja saat itu nikmat yang kita rasakan jauh berbeda dengan orang yang bisa makan daging itu, tetapi itu belum tentu berlaku pada orang yang bisa bersyukur. Ketika kita bersyukur maka pikiran kita akan lebih terbuka, kita akan diingatkan bahwa jauh di sana masih banyak terdapat orang yang untuk makan saja mungkin tidak bisa. Dengan rasa syukur tadi, kerupuk dalam pikiran kita akan berubah menjadi daging ayam yang lezat.
Sungguh sangat bermanfaat bagi diri kita seandainya kita bisa menggabungkan dua kata tadi, syukur dan nikmat. Orang yang tuli, ketika dia bersyukur maka dia akan menikmati karunia Allah yang diberikan padanya, meskipun dia hanya bisa melihat. Rasa syukur itu akan membuatnya selalu bersemangat untuk menjalani hari-harinya, bahkan disertai dengan upaya bagaimana agar nikmat yang dia rasakan itu bisa bermanfaat bagi orang lain. Beethoven adalah seorang yang tidak bisa mendengar, tetapi semangatnya untuk belajar menjadikannya seorang komponis dunia, dengan musiknya yang bisa dinikmati orang lain.
Dengan bersyukur kita akan bisa merasakan nikmat, dengan menikmati maka kita selalu belajar untuk menghasilkan energi-energi positif dalam diri kita. Energi-energi positif akan menghasilkan pola pikir yang positif pula. Pola pikir yang positif akan memberikan inspirasi bagi diri kita untuk melakukan tindakan-tindakan yang positif. Tindakan yang positif akan memunculkan sebuah kemanfaatan bagi diri kita dan juga orang lain.
Dengan bersyukur berarti kita tidak lupa kan pemberian-Nya. Ketika pikiran kita tidak lupa pada-Nya, berarti hati kita juga selalu terjaga untuk selalu mengingat-Nya. Dengan selalu ingat pada-Nya, berarti diri kita akan selalu terjaga. Saat diri kita selalu dalam naungan-Nya maka apa yang kita lakukan pun tidak akan menyimpang dari aturan-Nya. Jika aturan itu terpelihara maka semua yang kita lakukan tidak akan sia-sia karena niat yang selalu terpelihara, niat yang dilandasi rasa untuk membalas atas semua nikmat yang telah diberikan-Nya pada kita. Nikmat berupa hikmah yang selalu ada pada setiap aktivitas yang kita jalani yang terkadang kita tidak bisa menemukannya karena kita belum mengerti betul apa itu syukur, syukur yang senantiasa membuka pikiran kita untuk melihat sesuatu dari sisi yang lain.
Manusia tidak bisa menebak apa yang akan Allah tetapkan pada dirinya. Oleh karena itu sikap untuk senantiasa bersyukur harus selalu ada pda diri kita. Dengan bersyukur, sesuatu yang negatif pun akan menjadi nikmat karena syukur telah membuka pikiran kita untuk menemukan sebuah hikmah yang akan menjadikan kita menjadi seorang manusia yang harus senantiasa membanhi dirinya. (Kopma UGM, 22 :15, 070607)

No comments:

Post a Comment