Sebagai manusia seharusnya kita meyakini bahwa Tuhan telah menyiapkan
segala macam bekal yang kita perlukan untuk terus menjalani hidup ini
dengan mudah. Keyakinan yang sejalan dengan kalimat suci dalam kitabNya "
... sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan dan bersama
kesulitan itu ada kemudahan...". Dia Tuhan Yang Maha Mulia bahkan
menyampaikan bahwa kemudahan itu sendiri mengiringi kesulitan yang
dihadapi. Lho berarti Tuhan kasih kita kesulitan atau masalah juga
berarti?
Sebentar-sebentaar, tidak bisa juga dikatakan begitu.
Sebab dalam hal melihat hal apapun yang diberikan olehNya, tentu kita
tidak bisa menyandarkan kebenaran hanya pada pemikiran kita sendiri.
Satu prinsip dasar yang harus kita miliki adalah meyakini bahwa apapun
yang diberikanNya kepada kita, itu adalah sesuatu yang memang sedang
kita butuhkan (termasuk kesulitan atau masalah yang kita hadapi) dan
apapun itu, semuanya adalah bertujuan baik.
Bukankah kalau kita
lihat dari redaksionalnya, bahwa kesulitan itu beriring dengan kemudahan
dan sebaliknya? Maka sulit atau mudah itu adalah dua hal yang
beriringan. Sulit atau mudah itu adalah tentang persepsi kita sendiri
dalam melihatnya. Saat kita melihatnya sebagai sebuah kesulitan atau
masalah, maka menjadilah hal tersebut sebagai sesuatu yang sulit sampai
kita kemudian mau merenungi, memaknai dan menjadilah itu sesuatu yang
mudah.
Maka terbukanya sebuah solusi dari sebuah hal yang awalnya
kita anggap sebagai sesuatu yang menyulitkan kita adalah seberapa cepat
kita mengubah persepsi kita atas hal tersebut dan yang tidak kalah
penting juga adalah keinginan kita untuk bergerak menuju solusi
tersebut.
Cara paling mudah yang bisa lakukan untuk mengubah
persepsi dengan cepat atas sebuah kejadian yang dialami adalah
menanyakan beberapa kata berikut :
"Kira-kira, apa kebaikan,
hikmah atau pelajaran yang Allah ingin sampaikan kepada saya dengan
kejadian atau orang yang Dia kirimkan untuk saya ini ya?"
Langkah selanjutnya adalah mengajak diri kita untuk kemudian menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada solusinya :
"
Bagaimana saya bisa menyelesaikan tantangan ini dengan lebih mudah ya?
Mulai dari mana sebaiknya? Apa langkah-langkah yang harus saya lakukan
mulai sekarang? Siapa yang harus saya hubungi untuk meminta bantuan? Apa
buku yang harus saya baca lagi? Dst"
Langkah terakhir adalah segera BERGERAK!! Ya melangkah untuk menjemput solusi terbaik yang telah disediakanNya.
By the way, lanjutan
dari perkataan suci "bersama kesulitan ada kemudahan dan bersama
kesulitan ada kemudahan adalah.... Maka apabila engkau telah selesai
(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap"
Lakukan saja yang
terbaik untuk setiap urusan yang kita jalani, kemudian pasrahkan seluruh
hasil kepadaNya. Kita tidak diminta untuk berhenti pada satu titik,
melainkan diminta untuk terus bergerak. Bergerak terus dari satu
"urusan" ke "urusan" yang lain dengan landasan niat yang kuat, semangat
yang kuat berbarengan dengan kedamaian hati karena teriring juga
kepasrahan di dalamnya.
Batu, bisa jadi akan menjadi "sandungan"
saat kita menganggapnya masalah dan akan jadi "loncatan" saat kita
menganggapnya sebagai tantangan.
Salam tentrem :)
No comments:
Post a Comment