Wednesday, May 20, 2015

Tentang Appreciative Inquiry

Pernahkah sahabat mendengar tentang Appreciative Inquiry?
Menurut pemahaman saya, appreciative inquiry adalah semacam formula yang kita bisa terapkan dalam menyikapi perjalanan hidup kita di dunia ini.
Appreciative inquiry atau "4-D Cycle" terdiri dari 4 proses utama yaitu Discovery - Dream - Design - Destiny. 
Mari kita bahas satu persatu keempat "D" tersebut.

1. Discovery
Pertanyaan terkait dengan discovery  ini adalah  "what are the most promising and inspiring components of a desired future?". Kalau kita terjemahkan maka yang harus dilakukan dalam proses discovery ini adalah merumuskan yang disebut dengan purpose of life. Kita mensyukuri bahwa kita masih diizinkan untuk hidup di dunia ini. Kita menyadari bahwa kita diciptakan dengan sebuah tujuan mulia. Kita menyadari bahwa kita adalah makhluk yang harus berbakti kepada penciptaNya. Maka pertanyaan reflektif seperti :
- Siapa aku?
- Untuk apa aku diciptakan?
- Ke mana aku akan pergi?
Bisa kita gunakan dalam proses discovery ini.

2. Dream
Nah, setelah kita merumuskan purpose of life kita, selanjutnya adalah merancang lebih detil keinginan-keinginan turunan dari purpose of life kita tersebut. Pertanyaannya adalah "apa saja hal yang ingin saya wujudkan atau saya capai secara nyata sebagai bentuk komitmen saya terhadap purpose of life yang telah saya susun tadi?" Maka dalam dream ini akan muncul begitu banyak impian seperti melanjutkan S-3 di luar negeri, punya franchise lembaga training, punya bisnis kuliner, dan sebagainya yang semuanya terangkum dalam wadah purpose of life.

3. Design
Pada tahap ini, pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah "bagaimana caranya mewujudkan semua hal yang telah saya tulis di bagian DREAM sehingga pada akhirnya purpose of life saya juga bisa tercapai?" Maka pada tahap ini proses yang kita lakukan adalah mengumpulkan seluruh sumber daya yang dimiliki dan kemudian digunakan sebagai bahan dalam perumusan sebuah strategi untuk pencapaian dream

4. Destiny
Destiny kalau kita tafsirkan secara luas berarti takdir. Apakah yang dimaksud di tahap ini merancang takdir? Tentu saja bukan. Kalau kita menggali lagi mengenai bagaimana kita bisa mengatakan bahwa itu takdir kita? Jawabannya adalah sesudah hal tersebut terjadi. Saat kita ingin pergi ke tempat A misalnya, saat kita belum sampai di tempat A maka kita tidak bisa mengatakan 'takdir saya hari ini adalah tiba di tempat A'. Kita bisa mengatakan bahwa takdir kita adalah tiba di tempat A setelah kita benar-benar mengalami bahwa kita tiba di tempat A.

Maka dalam tahap destiny ini adalah memperhatikan secara detil apa saja hal-hal yang telah berhasil dicapai, berapa prosentase tercapainya dan itulah 'takdir' yang telah kita capai dengan segenap upaya terbaik yang dilakukan di masa sebelumnya. Jika capaian kita sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka seharusnya kita berupaya untuk menjaga dan mempertahankan sebaik mungkin dan bahkan bagaimana terus meningkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Jika ternyata sebaliknya, maka menjadi bahan evaluasi yang sangat berharga.

Lalu bagaimana agar saat kita 'gagal' kita bisa segera bangkit lagi. Kalau kita lihat siklusnya, Discovery-Dream-Design-Destiny-Discovery-Dream-Design-Destiny......dst, maka kita perlu kembali lagi pada rumusan purpose of life kita. Setelah kita temukan lagi secercah hikmah dan semangat di dalamnya, kita cek lagi kesesuaian dream dengan purpose of life dan kesesuaian dream dengan designnya, daan terus berlanjut seperti itu. Alur ini pun berlaku saat dream yang kita inginkan terwujud dengan baik.

Nah, ini adalah pemahaman sederhana dari saya, semoga bermanfaat, saling berbagi, saling mengingatkan, semoga apa yang menjadi harapan sahabat pembaca semua bisa tercapai.

Salam tentrem :)
 

No comments:

Post a Comment