Wednesday, June 20, 2012

Semut dan Rumput (Menyatu dengan Alam 1)


Sebuah pepatah bijak mengatakan " Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah dan setiap jam adalah pelajaran yang berharga".


Sungguh sebuah pepatah yang bila diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari akan menjadikan diri kita menjadi insan yang pandai bersyukur dan mengambil hikmah dari apapun kejadian yang dialami sehari-hari. Sebagaimana yang dilakukan oleh salah seorang sahabat saya ini yang menceritakan kepada saya bagaimana beliau mendapatkan begitu banyak hikmah, hanya dengan duduk bersimpuh di sebuah padang rumput, menyadari dan kemudian menyatu dengan alam. Berikut cerita beliau :




Saat itu dalam sebuah sesi pelatihan, aku diminta untuk menjalani sesi "berinteraksi dengan alam" (bahasa penulis). Nah, aku memutuskan untuk memilih taman rumput yang terdapat di sekitar lokasi pelatihan. Salah satu konsep yang harus diterapkan dalam sesi ini adalah "menyadari sepenuhnya" setiap tindakan sehingga diharapkan bisa muncul konektivitas dengan lingkungan sekitar.


Akhirnya aku duduk bersila dan dengan sepenuh kesadaran meletakkan tanganku di rumput yang ada di depanku. Tak berapa lama kemudian, sambil terus menyadari keberadaanku di sana, menyatu di tempat tersebut, saat kepalaku  kuarahkan ke bawah tiba-tiba seolah rumput berbicara kepadaku. Kira-kira yang disampaikan rumput adalah seperti ini :


"Aku rumput, aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Tahukan engkau, setiap hari aku diinjak, tapi aku tak pernah marah karena memang peranku adalah harus diinjak. Bahkan setiap saat tatkala aku mulai tumbuh tinggi, aku akhirnya dipotong. Akan tetapi aku tidaklah khawatir, karena dengan dipotong, aku bisa tumbuh menjadi lebih muda, lebih segar lagi".


Lalu rumput terdiam. Tak berapa lama lewatlah di tanganku semut merah. Aku heran, semut merah biasanya gemar sekali menggigit siapapun yang berada di sekitarnya. tapi kok si semut merah ini diam saja. Akhirnya aku bertanya, "wahai semut, kenapa engkau tidak menggigitku?". Lalu semut (seolah menjawab) :


"Memang aku tidak menggigitmu, karena engkau meletakkan tanganmu dengan sengaja dan penuh kesadaran dan niatmu pasti baik. Kalau aku sering menggigit tangan atau kaki temanmu yang lain, itu karena aku ingin mengingatkan mereka agar sadar betul dengan apa yang dilakukannya saat itu. Begitu banyak temanmu yang melakukan sesuatu seolah tak bermakna karena tidak dilandasi dengan kesadaran dalam melakukannya".


Semut merah berlalu, tak berapa lama kemudian lewatlah semut hitam. Semut hitam ini besar dan kelihatan berlalu lalang ke sana kemari. Lalu aku bertanya "wahai semut hitam, kenapa pekerjaanmu hanya berlalu lalang saja?" Lalu jawab sang semut hitam :


"Lho... karena memang Tuhanku memperjalankan aku untuk berlalu lalang seperti ini. Jadi ya aku jalani saja apa yang jadi perintahNya ini. Aku sama sekali tidak khawatir dengan aktivitasku ini. Hanya dengan berlalu lalang saja aku masih bisa mendapatkan makanan kok, dan aku yakini itu. Karena aku berjalan sesuai dengan kehendak Tuhanku"


Demikian cerita teman saya. Sahabat semua semoga bisa menyarikan apa isi pembicaraan antara semut, rumput dan sahabat saya di atas, untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat menjemput makna yang memberdayakan.









No comments:

Post a Comment