Thursday, March 28, 2013

Breaking The Habit


Tak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan terjadi setiap saat sehingga setiap saat perubahan itu harus diciptakan. Tak terkecuali terhadap diri kita sendiri. Ya, banyak orang yang mendengungkan perubahan secara massive, secara global, perubahan terhadap negeri, terhadap sebuah organnisasi yang besar. Namun melupakan satu hal penting yaitu memulai perubahan itu dari diri sendiri.

Bagaimana mungkin kita menggerakkan orang lain dengan cara yang sama dari waktu ke waktu? Apalagi jika cara yang dipakai sudah terbukti tidak berhasil membawa ke arah yang diinginkan. Bagaimana kita bisa kita bisa MOVE ON, jika pola, metode yang dipakai dari waktu ke waktu sama? So, memutus pola lama yang terbukti tidak efektif menjadi sebuah keharusan untuk terciptanya sebuah perubahan masa depan yang lebih baik.

Demikian pula dengan diri ini. Saya merasa ada banyak pola atau kebiasaan yang perlu segera saya ubah dengan segera. Pola-pola pengaturan waktu yang kurang baik. Pola istirahat yang tidak tertata dengan baik. Kebiasaan-kebiasaan lain yang bersumber dari bank "mindset" yang tidak mendukung, memang sudah seharusnya segera di "scan" dan kemudian me-replace-nya dengan program baru yang lebih efektif dan mendukung.

Tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah kebaikan yang terencana dengan baik. Tak ada kata terlambat untuk merekonstruksi sebuah pola hidup baru yang bermanfaat untuk diri kita. Harus selalua  ada semangat untuk lebih mengeksplorasi potensi diri yang sampai saat ini masih terhambat dengan berbagai macam hal yang tidak mendukung. Harus selalu ada keyakinan bahwa diri ini diciptakan tidak hanya untuk mampir ngombe saja, melainkan ada tugas mulia yang telah diembankan olehNya kepada kita.

Jadi sudah cukupkah kita dengan semua capaian yang telah ada sampai saat ini? Berbicara tentang cukup atau tidak, syukur itu harus tetap ada. Sekecil apapun capaian kita dalam hidup, bagaimanapun itu juga harus dihargai. Tapi kalau kemudian sudah merasa cukup dan kemudian menyerah saja dengan keadaan yang ada, menurut saya itu yang tidak pas. Bersyukur, bersabar adalah kata produktif, bukan kata yang aplikasinya adalah pasif. Saya sendiri merasa jauh dari puas untuk semua capaian saya selama ini. Maksudnya adalah saya merasa belum memberikan yang terbaik dari semua yang telah Tuhan titipkan kepada saya. Saya merasa masih jauh dari syukur atas semua bekal terbaik yang Dia amanahkan kepada saya.

Apalagi jika bicara tentang kemanfaaatan? Aduuh.... malu rasanya diri saya. Dengan usia yang sudah mendekati kepala 3, lha kok ngerasanya belum bisa kasih manfaat yang banyak untuk diri dan lingkungan sekitar saya. Hmmh...padahal, mereka-mereka yang usianya di bawah saya, mungkin sudah bisa memberikan kemanfaaatan yang jauuh lebih banyak dari saya, wew... makin malu kaan? hehe...

But, okee lah... tak terlalu baik juga banyak membandingkan diri dengan orang lain. Lebih baik berfokus kepada apa the next contribution yang kita bisa hasilkan untuk menjalankan tugas muliaNya sebagai penebar kemanfaatan. Mari mengevaluasi diri untuk memulai perubahan dari dalam diri. Berani untuk memutus pola aktivitas yang tidak produktiff?? let's Breaking Our Unproductive Habit!!



1 comment:

  1. Maaf mas kalau nyelonong aja,saya mau nanya. Apakah cerita diatas adalah bagian lagu dari Breaking the Habitnya Linkin Park mas? terimakasih.

    ReplyDelete