Tuesday, March 26, 2013

Haruskah Sama?


"Lho siapa yang bilang harus sama" kata Pardi. "Iya, Di... aku juga tidak meng"harus"kan sama, hanya mempertanyakan saja kok" jawab Parjo.

"Lha yo jelas tidak to ya Jo...Jo... Misalnya nih, namaku Pardi, namamu bukan Pardi. Lak wis bedo to iku?" Pardi memperjelas. "Iya Di, paham aku nek kuwi. Hanya aku ingin menanyakan tentang virus 'keumumuan' alias 'kenormalan' yang sering orang bicarakan itu" tanggap Parjo.

"Hahaha... owalaaah, itu to Jo yang menjadi sumber kegelisahanmu. Yaa... paham aku. Gini Jo, menurutku itu hanyalah tentang persepsi saja kok. Persepsi yang terbentuk karena dari dulu semenjak kita kecil kita dibiasakan untuk 'sama'. Seragam sama, topi sama, sepatu harus hitam, jadi Guru, Insinyur, Presiden, Masinis, Dokter, pegawai.... yaa... yang semacam itu laah" papar Pardi.

"Hmm... gitu ya Di, trus apa yang harus aku lakukan Di?"tanya Parjo.

"Ya... kamu ga perlu ngapa-ngapain Jo, menengo wae, dilakoni wae, mengko lak dirimu tahu sendiri. Semua akan LUCU pada waktunya" jawab Pardi sekenanya.

"Wooo... piye to Di, ditanyain serius kok jawabnya malah Guyon" protes Parjo tak mau kalah.

"Lha.. piye to, aku serius ki Jo, seperti halnya kamu nek jawab pertanyaanku. Selagi memang kamu tak digerakkan untuk keluar 'jalur' yang sudah kamu pilih sekarang ini. Menurutku kamu 'save'. Maka pesenku yo menengo wae, ora sah kakehan tekon, sik ada dijalani sebaik-baiknya. Ditekuni sik tenanan, nek pancen kui dalan You, ya you akan 'terbimbing' terus ke sana" terang Pardi.

"Oh...ngono yoo, terus..teruss... kok mundhak pinter kowe saiki Di" sahut Parjo antusias.

"Terus..terus... yo kui mau, nek misale ini pun bukan jalanmu, engkau pun akan 'terbimbing' dari HAL TERBAIK yang telah engkau lakukan itu. Gusti Alloh kui perlu media untuk 'bekerja' dalam dirimu Jo. Piye kui? Yo lakonono sik tenanan, ga entuk males kowe. Buktikan kalau kamu punya iman, buktikan kalau kowe pantes jadi hambaNya sik mulia" papar Pardi panjang lebar.

"Jadi kuncine neng aku dhewe ki Di?"Parjo menegaskan

"Neng ndi maneh broo, dirimu sendiri yang punya kendali itu. Kaulah nakhoda-nya, kau bebas menentukan ke mana arah kapalmu akan kau labuhkan. Kau harus terus menjalankannya. Kapalmu harus terus bergerak dan pada saatnya ijinkan 'angin' membantu mengarahkan perahumu. Yakinlah, semua akan LUCU pada waktunya" tutup Pardi.

"Hmm... baiklah bro... terima kasih atas diskusi yang mencerahkan ini" jawab Parjo sambil tersenyum puas.

No comments:

Post a Comment