Thursday, March 28, 2013

Mendengarkan dengan Hati


Pasti ada sebuah tujuan mengapa Tuhan memberikan dua telinga dan satu mulut saja dalam diri kita. Apa itu tujuannya? Yang jelas saya juga belum tahu pastinya apa. Kita yakini saja pasti tujuannya baik. Salah satunya barangkali agar kita bisa mendengar lebih banyak. Ya, mendengar yang tidak hanya mendengar tapi mendengar yang berkualitas.
(-)Wuih... bicara tentang mendengar yang berkualitas nih.
(+) Iya doong, kualitas yang bicara
(-) Bicara tentang apaaan
(+) Ini juga baru mau ditulis...
(-) ooh..hehehe....

Mendengarkan bagi sebagian orang mungkin hanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Bagaimana bisa? iya, ya intinya ada orang bicara terus kita pasang deh kedua telinga kita untuk mendengarkan apapun yang disampaikan oleh yang bicara. Lho.. bagus kan? kok dianggap biasa. Iya, biasanya karena seringkali ngedengerinnya cuman asal dengerin. Tidak fokus, sambil mikirin atau bahkan mengerjakan aktivitas lain. Malah kadang saat yang bicara udah selesai, kita nya sendiri masih larut dalam lamunan kita sendiri.

Ada salah satu artikel menarik yang pernah saya baca. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa ternyata salah satu cara bagi seorang wanita untuk mengurangi rasa tidak nyaman dalam dirinya adalah dengan berbicara alias curhat bin curcol. Menariknya, ternyata saat dia curhat ini, satu hal penting yang harus dilakukan oleh teman curhatnya adalah just listening. Iya, cukup mendengarkan saja dengan sepenuh hati, enough. 

Para pria kadang kurang pas dalam meresponnya. Saat si cewek lagi curhat, eeh..belum selesai curhatnya udah dipotong aja tuh. Sok-sokan kasih nasehat bijaksana. Padahal yang ngasih nasehat belum tentu paham bener duduk permasalahannya. Hehe... ga salah juga kok, cuman kurang tepat. Yang jelas ya berarti dia belum praktekin itu mendengarkan dengan hati.

(-) woii... terus apa itu mendengarkan dengan hati?
(+)huehehe... sabar lah jiii...ini baru mau dilanjutin...

Prinsip mendengarkan dengan hati adalah melibatkan rasa saat melakukannya. Pertama, sadar bahwa saat ada orang mau cerita sama kita, percaya buat cerita sesuatu sama kita, itu berarti kita lagi diberikan peluang untuk belajar banyak dari yang bersangkutan. Bisa jadi juga kita dipilihNya untuk menjadi perantaraNya untuk kasih solusi nih buat orang yang mau cerita sama kita. Jadi, sadar di sini adalah dengan ngelempengin niat kita dulu, bismillaah... semoga berkah dan manfaat. Kedua, setiap orang itu senang diperhatiin, direspek, dihormatin. Maka saat kita memperhatikan bener saat dia bicara, tentu yang bersangkutan bakalan seneng tuh (asal merhatiiinnya ngga sambil melotot aja yaa..hehe..). Nah, saat orang seneng, otomatis endorphinnya keluar kaan? otomatis ngurangin stressnya juga (kalau dia lagi stress, huehehe..) Ketiga, mendengarkan dengan hati adalah tidak melakukan kegiatan apapun selain mendengarkan dan memperhatikan setiap ucapan yang disampaikan oleh lawan bicara kita sampai dia sampai ke titik haus penghabisan. Maksudnya sampai kita akhirnya paham beneer apa itu yang dia bicarakan sehingga komen kita nantinya pas sesuai dengan apa yang dia perlukan.

Emang tahunya gimana dong? hehe... tanyakan saja di akhir ceritanya terus pengennya gimana sekarang, apa tepatnya yang kamu inginkan?. Nah, dari sanalah kita baru mulai bicara, memantik munculnya solusi atau minimal memberikan tanggapan yang pas dengan topik cerita yang bersangkutan. Eitt... yang menarik nih, terkadang kita belum ngomong apapun, si lawan bicara udah ngerasa lega. Lho kok bisa?? Iya, praktekin aja deh mendengarkan dengan hati....

(-) udahan ni bos ceritanya?
(+) udah Ji... ini dalam rangka istiqamah nulis wae atuh.. biar adaa terus..
(-) haha... ooke dah....sippphh..

No comments:

Post a Comment