Thursday, April 11, 2013

The Art of Happiness (part 1)



Beberapa hari yang lalu lembaga training kami (Super Success Indonesia) diundang untuk berbagi di acara pertemuan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) wilayah Yogyakarta di sebuah hotel di Kaliurang. Perjalanan bersama hujan, sambil menikmati pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi cukup menghibur hati, apalagi begitu sampai lokasinya, view-nya keren sekali, suasananya juga nyaman, sungguh cocok untuk tempat menginap bersama keluarga.

Ah baiklah, ada kurang lebih 40 peserta yang hadir di sana, sebagian besar ibu-ibu, sebagian kecil juga ibu-ibu, artinya pesertanya ibu-ibu semua, sama sekali tidak ada bapak-bapaknya. Seperti yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, lebih familiar kata “ibu bidan” dibandingkan “bapak bidan” bukan? Hehe…

Mengawali dengan games-games ringan dan beberapa fun story, akhirnya masuk ke sebuah materi tentang Quantum Happiness. Tentu  saja di sini saya tidak akan membahas semuanya secara detail. Beberapa konsep umum saja akan saya sharingkan di blog ini.

Sahabat-sahabat semua barangkali pernah melihat film kungfu Panda, sebuah film yang sarat akan nilai-nilai kehidupan. Salah satu ucapan yang cukup terkenal adalah “there are no accident”. Artinya kurang lebih adalah tidak ada yang kebetulan di dunia ini, SEMUA TERJADI KARENA SUATU ALASAN.
Cerita sederhana berikut ini barangkali bisa memberikan ilustrasi untuk hal tersebut di atas. 

Syahdan di sebuah kota tinggallah seorang bapak, seorang ibu, satu anak lelaki dan satu ekor kuda yang gagah dan kuat. Bahkan cerita tentang kuda milik bapak ini sudah tersebar ke seluruh kota. Cerita ini sampai juga ke salah seorang pembesar di kota itu. Pembesar ini bermaksud membeli kuda milik sang bapak, tapi karena saking sayangnya dengan kuda tersebut, berapapun pembesar itu ingin membelinya, sang bapak tidak akan menjualnya.
Akan tetapi tanpa disangka oleh sang bapak, beberapa hari kemudian, kuda kesayangannya ternyata sudah tidak ada dikandang. Para tetangga yang mengetahui berita tersebut banyak yang bersimpati, walaupun ada juga yang menyayangkan kenapa kemarin tidak jadi dijual. Menanggapi ucapan-ucapan dari para tetangganya ini, bapak ini hanya tersenyum sambil mengatakan “semua terjadi karena suatu alas an, disyukuri saja”.

Beberapa hari setelahnya, ternyata kuda kesayangan bapak itu kembali lagi ke rumah. Bahkan kuda itu tidak hanya sendiri, tapi mengajak beberapa kuda liar yang juga gagah dan kuat. Melihat kuda-kuda bapak tersebut jadi bertambah banyak, para tetangga pun mengucapkan selamat. Bapak itu kembali tersenyum, lalu berkata, “semua terjadi karena suatu alasan, mari terus bersyukur”.
Suatu hari, anak lelaki dari sang bapak ini bermain di dekat kandang kuda dan secara tidak sengaja kakinya terkena sepakan kaki salah satu kuda yang ada di kandang. Kaki anak lelaki ini akhirnya pincang sehingga jalannya tidak bisa normal seperti dulu. Mengetahui kabar berita ini, kembali para tetangga berdatangan memberikan simpatinya, ada yang merasa kasihan, ada yang kembali menyayangkan, kenapa sebagian kuda-kuda itu tidak dijual saja. Mendengar semuanya, kembali sang bapak tersenyum, lalu berkata, “semua terjadi karena suatu alasan, mari renungkan hikmah dan tetap bersyukur”

Beberapa minggu kemudian, ada sebuah pengumuman dari pimpinan Negara bahwa seluruh pemuda yang tinggal di wilayah Negara tersebut, termasuk kota tempat bapak tersebut tinggal, harus mengikuti wajib militer. Para petugas dari Negara mendatangi rumah per rumah untuk mendata pemuda-pemuda yang ada. Saat mendatangi rumah sang bapak dan melihat kondisi anak lelakinya yang terpincang-pincang, akhirnya dicoretlah sang anak untuk mengikuti wajib militer. Betapa bahagianya sang bapak, beliau tampak bersyukur. Melihat bapaknya yang sangat bahagia, sang anak lelaki pun menghampiri bapaknya dan berkata, “semua terjadi karena suatu alasan ya pak, mari terus bersyukur”.

Selalu ada alasan di setiap hal yang kita alami, setiap hal yang kita jumpai, setiap hal yang kita lihat dan dengarkan dalam perjalanan hidup kita. Semuanya tidak ada yang kebetulan, semua terjadi melalui sebuah mekanisme yang telah ditetapkan olehNya. Kita diciptakan sebagai manusia, “diarahkan” untuk menjalani profesi tertentu, itu adalah bagian dari skenarioNya, agar kita bisa menjadi perwakilanNya di dunia ini, untuk menebarkan kasih sayang, memberikan manfaat sebanyak-banyaknya.
…………to be continued… (part 2)

No comments:

Post a Comment