Di sela-sela acara, saya
menyempatkan diri untuk berbincang dengan seorang bapak yang merupakan pimpinan
dari instansi tersebut. Mulai dari menanyakan hal-hal yang umum mengenai
keluarga beliau, aktivitas pekerjaan, sampai dengan meminta nasehat kepada
beliau tentang bagaimana menjalani kehidupan. Namun sementara ini yang akan saya
share-kan bukan tentang nasehat-nasehat apa saja yang beliau berikan kepada
saya, melainkan beberapa pengalaman hidup beliau.
Saat ini beliau memiliki tiga
anak. Anak nomor pertama masih kuliah di salah satu fakultas kedokteran di
salah satu universitas di Jawa. Anak kedua masih SMP kelas 3 dan anak ketiga
masih SD kelas 6. Nah, cerita menarik dimulai saat beliau memiliki anak kedua,
yang berjenis kelamin laki-laki.
Sebelumnya bapak ini termasuk
perokok berat. Bayangkan saja, dalam satu hari, bapak ini bisa menghabiskan 6
bungkus rokok. Enam bungkus rokok itu sudah termasuk 2 bungkus rokok kretek.
Jika semuanya adalah rokok filter, maka sang bapak ini bisa menghabiskan 7
bungkus sekaligus. Asumsikan saja dalam satu bungkus rokok berisi 12 batang
rokok, artinya dalam satu hari beliau ini merokok kurang lebih 72-84 batang
rokok. Jika waktu tidur diasumsikan 8 jam dan masih ada sisa 16 jam (960
menit), maka itu artinya kurang lebih setiap 11 menit sekali bapak itu
menghisap satu batang rokok. Wow!! keren sekali bukan?
Kalau dilihat dari statistik di
atas dan menurut komentar salah satu teman yang (kebetulan) beliau juga
merokok, bapak ini termasuk perokok
berat. Tentu bukan sebuah hal yang mudah untuk berhenti bagi orang yang masuk
dalam kategori ini. Namun apa yang terjadi pada bapak ini? Bisakah beliau
akhirnya menghentikan kebiasaan rokoknya? atau malah makin parah?
Jawabannya adalah beliau akhirnya
total berhenti dari kebiasaan merokok. Lho kok bisa? Iya bisa. Lalu apa yang
beliau lakukan sehingga akhirnya beliau berhasil melakukannya? Ya pastinya
karena izin Allah dan perantaranya adalah kelahiran anak kedua beliau yang
berjenis kelamin laki-laki.
Beliau sadar, bahwa salah satu
model kepemimpinan yang efektif bagi seorang anak adalah keteladanan. Beliau
sangat tidak ingin anak laki-lakinya nanti ikut merokok seperi ayahnya. Maka
demi memberikan contoh kepada anaknya, semenjak kelahiran anak keduanya
tersebut, sang bapak ini menanamkan komitmen kepada dirinya bahwa mulai saat
itu beliau berhenti dari merokok.
Berhasilkan? iya, berhasil.
Sampai terakhir kemarin saya berjumpa dengan beliau, beliau sudah tidak
merokok. Komitmen yang disertai dengan ketulusan niat untuk sebuah pendidikan
karakter yang baik kepada anaknya telah menjadikan bapak ini berhenti dari
kebiasaan merokoknya. Bapaknya pun berkata "Komitmen merokok? Mudah memang. Komitmen berhenti merokok? Bisa jadi juga lebih mudah, asalkan memiliki komitmen disertai dengan ketulusan niat yang berdasar kuat".
No comments:
Post a Comment