Thursday, May 9, 2013

Maka Selesaikanlah Kawan

Seperti kita sudah pahami bersama, bahwa manusia diciptakan di dunia ini mengemban sebuah amanah dari Tuhannya. Bukan amanah yang ringan tentu saja, tetapi semuanya sudah diukur sesuai dengan kemampuan masing-masing manusia untuk mengembannya. Selain itu, tentu DIA juga telah menitipkan bekal agar amanah yang terembankan kepada manusia ini bisa terlaksana dengan lancar. Bekal berupa apa? Lah..!!Banyak dong, manusia dikasih akal, dikasih tangan, kaki, mata, telinga, dll.

Eniwei... kalau kita ngomongin tentang amanah, maka kita baru sentuh dalam aspek gelobal alias global alias juga secara general. Terus secara detailnya gimana nih? Detailnya ya sebenarnya (mungkin lho yaa..)ada pada setiap hal apapun yang kita alami dalam hidup ini. Baik itu yang berbentuk sebuah masalah, sebuah anugerah, sesuatu yang mengarah pada bahagia atau bahkan sesuatu yang mengarah pada nestapa. Bisa macem-macem jenisnya. Semuanya itu kalau dirangkum akan bersatu dalam satu kata AMANAH dari Tuhan.

Jadi kalau kita sudah sadar akan hal ini, maka mau ga mau, apapun yang kita alami dalam hidup ini ya harus kita hadapi. Bahkan tidak cukup hanya dihadapi, tapi juga bagaimana kita menyelesaikannya. Maksudnya menyelesaikan apa tuh? Bagaimana kita tahu kalau itu sudah terselesaikan? Bukannya semuanya masih penuh misteri yak?

Iyaa siih... ya paling tidak ukurannya ya ada dalam diri kita atau bisa juga menurut aturan keumuman yang ada di sekitar. Misalnya aja nih, yang sedang dihadapi adalah kuliah. Maka apa ukuran selesai kuliah? Ya dapet ijazah, ikut wisuda, semua nilai lulus. Kalau yang dihadapi masalah? Minimaal untuk diri kita adalah kita dapet tuh, hikmah apa yang ingin disampaikanNya melalui masalah tersebut. Kalau terkait dengan orang, ya bagaimana akhirnya orang yang terkait dengan masalah itu bisa memahami dan damai. 

Intinya sekali lagi adalah hadapi setiap apapun yang kita alami dalam hidup ini. Hadapi dengan pemahaman yang baik atas segala sesuatunya. Setelah dihadapi, ya tuntaskan sampai selesai, jangan cuma separuh-separuh alias nanggung. Belajar dalam hidup harus sepenuhnya, melihat dari sudut pandang yang luas, bukan sudut pandang yang nanggung atau setengah-setengah saja. Seperti halnya kisah berikut ini.

Suatu hari Jono, seorang anak kota sedang mengadakan wisata ke sebuah desa. Selama dua minggu, Jono dan teman-teman akan tinggal di desa tersebut. Suatu hari, Jono ingin mencoba menu nasi goreng di desa tersebut. Lalu pergilah Jono ke sebuah warung yang menjual nasi goreng itu.

"Pak pesen nasi Goyeng satu" kata Jono dengan lidah cedalnya yang tidak bisa mengucapkan "R" dengan baik.

"Apa Dek, di sini kagak ada menu nasi Goyeng, yang ada nasi Goreng. Sudah sana pulang dulu, kalau belum bisa bilang GORENG dengan baik, jangan dulu balik ke sini yaa..." jawab penjualnya menggoda Jono.

"Yaah...bapak, oke deh pak kalau gitu, besok saya pasti datang lagi" kata Jono dengan penuh keyakinan sambil berlalu.

Selama 3 hari Jono giat melatih lidahnya agar bisa mengucapkan "R:" dengan fasih. Pada hari ketiga, akhirnya berhasil juga Jono mengucapkan "Nasi GORENG" dengan baik. Denga bangga, Jono pun kembali mendatangi warung nasi Goreng itu. Melihat Jono datang lagi, bapak penjualnya pun segera bertanya kepada Jono.

"Wah...udah lancar nih kayaknya. Mau pesen apa dek" kata penjual nasi goreng memancing.
"Iyaa dong paak, saya pesan nasi GORRRRENG!!" jawab Jono sambil menekankan pada R nya agar terlihat mantap.

"Widii... siyap boooos, terus minumnya apa boos?"tanya penjual nasi gorengnya.

"Emmm... apa ya pak, Es JEYUK aja deh................."kata Jono

Penjual : Yaaaaaaaaaahh..........

No comments:

Post a Comment