Sunday, August 11, 2013

Belajar dari Seorang Wanita

Setiap orang adalah guru bagi kita. Lho kok bisa? Seperti yang pernah saya bahas sebelumnya. Guru berasal dari bahasa sansekerta Gu artinya gelap, Ru artinya mencerahkan. Siapapun yang kita temui dalam hidup ini, baik dia yang mengajarkan kebaikan maupun dia yang membuat kita tidak nyaman, semuanya adalah guru. Kuncinya tentu saja kembali ke diri kita, bagaimana kita memframe atau memaknai ulang terhadap siapapun atau apapun yang datang kepada kita.

Oke, sesuai dengan judulnya, melalui tulisan ini, bagi Anda yang merasa berjenis kelamin laki-laki, mari kita belajar dari sosok seorang wanita. Biasanya yang namanya laki-laki itu tidak mau kalah dari makhluk yang bernama wanita (hehe... tidak semuanya, hanya biasanya). Bahkan ada beberapa yang menganggap bahwa wanita adalah makhluk yang lemah dan masih banyak lagi persepsi tidak mendukung dari seorang pria terhadap seorang wanita.

Padahal, di dunia ini, semua diciptakan untuk saling melengkapi, saling menguatkan satu dengan yang lain. Begitu juga antara laki-laki dan perempuan. Mereka diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.Namanya saja melengkapi, artinya tidak akan mungkin sama persis. Melengkapi itu artinya masing-masing memiliki kondisi spesifik masing-masing yang bisa jadi akan sangat berbeda. Maka memahami adanya perbedaan ini adalah dasar untuk sebuah keharmonisan sebuah hubungan (cieeeeh..hahahaa..)

Baiklah, mari kita lanjutkan. Lalu apa kali ini yang akan kita pelajari dari sosok wanita yang mulia ini? Begini, ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat stress yang dimiliki oleh seorang wanita lebih besar dari pada yang dimiliki oleh para pria. Namun menariknya, populasi yang mengkonsumsi alkohol 2/3 nya adalah pria. Hal menarik selanjutnya, 80% yang menggunakan narkotika juga pria. Satu lagi, 90% yang menghuni lembaga pemasyarakatan adalah pria.

Lho.. padahal logikanya harusnya sebaliknya dong. Kan tingkat stressnya lebih tinggi wanita dibandingkan pria? Kok fakta di lapangan justru berbeda dengan logikanya? Baiklah, mari kita lihat apa sih yang biasanya dilakukan seorang wanita saat dia sedang berada dalam sebuah masalah?

#Berbagi alias curcol alias curhat
Saat seorang wanita sedang memiliki masalah, biasanya cenderung dia akan cerita kepada seseorang yang dia percaya bisa menjadi tempat curahan hatinya. Nah, dalam hal curhat ini, ada sebuah fakta menarik yang kebanyakan para pria tidak memahaminya. Ketidakpahaman yang membuat para pria kurang sabar menanggapi curhatan para wanita. Dari yang memotong pembicaraan, sok menasehati dan lain-lain.

Padahal satu hal yang penting yang dibutuhkan seorang wanita saat dia curcol hanyalah DIDENGARKAN dengan sepenuh hati. Bahkan seringkali, yang terjadi adalah mereka tidak selalu membutuhkan solusi konkrit dari kita. Didengarkan saja, itu sudah sangat membantu meringankan beban mereka. Jadi dalam keadaan stress, wanita akan berkata tanpa berpikir, sementara pria akan berbuat tanpa berpikir. Itulah yang menyebabkan kondisi 90% yang masuk penjara adalah laki-laki, sedangkan yang datang ke psikolog 90% adalah wanita.

#Menangis
Bagi sebagian besar kaum pria, menangis adalah sebuah hal yang tabu. Seolah-olah muncul anggapan bahwa menangis hanyalah untuk kaum wanita saja. Padahal menangis adalah salah satu cara efektif untuk mengurangi stress. Mereka yang mengekspresikan emosi dengan menangis dan air mata, secara emosional akan lebih sehat. Secara kesehatan, air mata juga berdampak baik, ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa air mata bisa membantu mengeluarkan racun yang disebabkan oleh kesedihan. Jadi, kalau memang pengen nangis, ya nangis aja, engga perlu jaim..hehehe...

#Berpelukan
Berpelukan juga merupakan salah satu hal yang jarang dilakukan oleh pria. Padahal berpelukan ini adalah salah satu obat termurah untuk meredakan stress selain tertawa. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa berpelukan bisa membantu memunculkan hormon oxytocin (hormon yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian). Selain itu, berpelukan juga membantu untuk menekan hormon cortisol dan noreprinephrine (hormon pemicu stress).

Kalau kita amati, semakin dewasa usia kita, semakin jarang jumlah pelukan yang dilakukan. Bayi adalah masa terbanyak kita mendapatkan pelukan dari orang-orang di sekitar kita. Setelah dewasa, bahkan saat bertatap muka pun tidak selalu ada cium pipi atau jabat tangan yang memungkinkan interaksi kulit dengan kulit. Seperti kita ketahui kulit adalah bagian tubuh terbesar, yang dibawahnya terdapat banyak kelenjar, dimana kelenjar-kelenjar aktif itu akan mengeluarkan hormon kekebalan saat disentuh.

Seorang terapis keluarga yang terkenal, Virginia Satir, menyebutkan, " untuk bertahan hidup, kita perlu empat pelukan sehari, untuk kesehatan, kita perlu delapan pelukan sehari. Untuk pertumbuhan, awet muda, dan kebahagiaan, kita perlu dua belas pelukan setiap hari.

Anyway, bisa jadi diantara kaum pria ada yang mengatakan, "lho.. kan kita cowok, ada perbedaan hormonal , kulit cowok pun ga se-reaktif kulit cewek, dll". Yup, bener banget, tapiii... semua bisa kita pelajari kok. Kembali ke diri kita sendiri. Semoga bermanfaat... :)

*Salaman*

No comments:

Post a Comment