Pada
suatu hari, Parjo dikagetkan dengan ulah Parti yang tiba-tiba saja ngambek dan
tidak mau menyapanya. Karena penasaran, akhirnya Parjo pun memberanikan diri
untuk bertanya kepada Parti. Parjo pun mulai menyapa , “ Ada apa dede’ Eti..
(panggilan akrabnya Parti versi Parjo)”. Dasar si Parti sedang ngambek, Parti
pun tak menjawab pertanyaan Parjo. Parjo yang makin penasaran pun bertanya lagi
“ Emm, dede’ Eti marah ama ayang Jo ya?”. Mendengar pertanyaan Parjo yang
kedua, akhirnya Parti buka suara, “Huuuuh... apaan cii...pake ngerayu segala,
aku lagi ga pengen diganggu” sahut Parti sambil bersungut-sungut.
Parjo
pun tak kehilangan akal, berbekal pengalamannya yang malang tapi tidak melintang
di dunia per-rayuan, Parjo pun mulai melakukan jurusnya. Parjo ikut-ikutan
diam. Apapun gerakan Parti diikutinya. Parti bertopang dagu, Parjo juga ikut
bertopang dagu. Parti menarik nafas panjang, Parjo juga menghela nafas panjang
(kalau istilah kerennya dalam NLP namanya building rapport, huehehe...).
Daan...
berhasil... Tak berapa lama kemudian Parti buka suara lagi, “ Aye kesel ama
ayang Jo, huh dasarr... “ sungut Parti. Parjo pun menjawab “ Lho... bagaimana
bisa kesel?” (Nah ini pertanyaan bagus ni, tidak bertanya “mengapa” tapi “bagaimana”,
jadi strukturnya bakal kelihatan—NLP lagi)
Parti
pun menjawab “ Lhoo... kok malah tanya sih, Harusnya
Kamu Ngertii doong, kita kan udah lama kenal, kalau aku gini tu biasanya
karena apaaa...” teriak Parti karena jengkel. Parjo hanya tersenyum, lalu
berkata” Oooh... dede’ Eti lagi mules karena kebanyakan makan sambel yaa” tanya
Parjo penuh selidik.
Mendengar
pertanyaan Parjo, Parti justru teriak semakin kencang “Huuuu... dasar, pria tak
pengertiaan... bukaaaan... kenapa siih ga ngerti jugaaaa, harusnya kamu ngertiii dooong yaaang...” .
Dasar
Parjo memang pria sabar, Parjo pun tersenyum, lalu menanggapi ucapan Parti.
Begini kata Parjo “ de’ Eti, coba ayang Jo mau tanya, dede’ tahukah apa yang
ada dalam pikiran ayang Jo?”. Parti menjawab “ Ya engga tahulah, gimana bisa
ngerti orang ga bilang apa-apa” sungut Parti. Parjo tersenyum lebar dan bertanya
lagi “coba tebak deh, siapa tahu bener, hehe...” kata Parjo sambil tetap
tersenyum kepada Parti. “Lagi mikirin utang kali, atau lagi mikirin cewek lain”
Jawab Parti sekenanya.
Spontan
Parjo tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Parti. “Hahaha... ayang tidak
akan menyalahkan jawabanmu de’, karena jawabanmu adalah benar, menurut sudut pandangmu, walaupun aslinya tidak tepat. Pertanyaanku,
bagaimana agar dede’ bisa mendapatkan jawaban yang tepat dari ayang Jo?”
“Yaa...
ayang Jo harus menyampaikan ke Eti doong apa yang dirasain” jawab Parti
sekenanya.
Parjo pun tersenyum puas dan berkata “AaaHa... itu dia yang ayang maksudkan... sampai kapan kita akan main tebak-tebakan terus, mengasumsikan bahwa orang lain pasti tahu apa yang kita rasakan, memangnya sepanjang hubungan kita bakal Cuma ada komunikasi batin saja begitu?? Bukankah makna komunikasi adalah ketika kita mendapatkan respon yang sama seperti yang kita inginkan dari lawan bicara kita? Nah, kalau tidak mendapatkan, siapa dong yang salah? Ya yang menyampaikan informasi. Udah tahu hanya dengan ngambek itu tidak menyampaikan informasi apapun, pengennya dimengerti, ya kalau pengen dimengerti, sampaikanlah dengan kata-kata juga dong, kan persepsi orang terhadap sesuatu itu bisa beda-beda, berdasarkan pengalaman, apa yang dibaca, yang sering didengerin, dari pergaulan, dll”
Parjo pun tersenyum puas dan berkata “AaaHa... itu dia yang ayang maksudkan... sampai kapan kita akan main tebak-tebakan terus, mengasumsikan bahwa orang lain pasti tahu apa yang kita rasakan, memangnya sepanjang hubungan kita bakal Cuma ada komunikasi batin saja begitu?? Bukankah makna komunikasi adalah ketika kita mendapatkan respon yang sama seperti yang kita inginkan dari lawan bicara kita? Nah, kalau tidak mendapatkan, siapa dong yang salah? Ya yang menyampaikan informasi. Udah tahu hanya dengan ngambek itu tidak menyampaikan informasi apapun, pengennya dimengerti, ya kalau pengen dimengerti, sampaikanlah dengan kata-kata juga dong, kan persepsi orang terhadap sesuatu itu bisa beda-beda, berdasarkan pengalaman, apa yang dibaca, yang sering didengerin, dari pergaulan, dll”
Mendengar jawaban Parjo yang panjang kali lebar, Parti pun akhirnya mengerti, kembali tersenyum dan dibuatkanlah Parjo segelas kopi hitam yang harum baunya...
No comments:
Post a Comment