Tuesday, June 25, 2013

Kupu-Kupu ; Bercerita Tentangmu


Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti acara pengajian di masjid dekat rumah tempat saya tinggal di Jogja. Karena menjelang bulan Ramadhan, maka ustadz yang mengisi pun membahas mengenai bagaimana mempersiapkan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Selain topik tentang Ramadhan, beliau sempat bercerita mengenai bagaimana kita bisa belajar dari hewan yang bernama kupu-kupu. Beliau menyampaikan, dari kupu-kupu, sebenarnya kita bisa belajar mengenai bagaimana seharusnya manusia berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Ah, keren sekali ini, pikir saya waktu itu. Ternyata memang benar, berikut penggambaran kupu-kupu dikaitkan dengan manusia menurut versi bapak ustadnya.

Pertama, kupu-kupu itu kalau terbang teratur, tidak oyak-oyakan (balapan terbang). Tidak saling menyerobot satu sama lain. Mereka terbang dengan harmonis. Seolah-olah memahami peran dan fungsinya masing-masing. Alangkah indahnya juga apabila manusia seperti itu. Memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga terciptalah yang disebut dengan keseimbangan hidup.

Kedua, Kupu-kupu itu, hinggap di manapun tidak pernah menimbulkan kerusakan. Bahkan ketika hinggap di bunga, justru bisa memberikan manfaat (dalam proses fotosintesis). Seandainya manusia memiliki prinsip ini, maka kebahagiaan akan bertebaran di mana-mana. Saat manusia saling peduli satu dengan yang lain. Saat keberadaan manusia selalu dirindukan oleh orang-orang sekitar karena kebaikan dan manfaatnya. Bukankah ini sejalan juga dengan sebuah kalimat mulia, sebaik-baik mamnusia adalah manusia yang mampu memberikan manfaat untuk lingkungannya.

Ketiga, Kupu-kupu tidak asal dalam memilih makanan dan mereka makan secukupnya. Mereka hanya makan apa yang memang mereka perlukan dalam kehidupan mereka. Mereka tahu makanan mana yang itu menjadi santapan mereka dan makanan mana yang itu sebaiknya menjadi santapan hewan yang lain. Mereka tahu kapan mereka perlu untuk makan, kapan perlu mencukupkan makan. Dalam dunia per-manusia-an, setiap orang diciptakan di dunia ini dengan rejekinya masing-masing. Tak usahlah saling berebut, justru seharusnya saling berbagi. Mensyukuri apa yang menjadi haknya, membagikan apa yang menjadi hak orang lain.

Keempat, Kupu-Kupu itu seluruh bagian tubuhnya terbalut dengan rapi dan indah. Gampangnya (kalau kata pak ustadz) kupu-kupu itu menutup auratnya, hehe... Oleh karena itu, kupu-kupu biasanya enak dilihat entah apapun 'pakaian'nya. Baik itu kupu-kupu hitam, putih, kuning, warna-warni, dsb. Bukankah manusia juga demikian adanya? Siapa yang bisa menjaga 'aurat'nya, maka dia akan menjadi sosok yang dicintai dan dihormati. Tentu tidak hanya tampilan fisik saja yang terbalut busana rapi, tetapi juga bagaimana 'membalut' rohani dengan pakaian iman dan taqwa.

Kelima, sebelum menjadi kupu-kupu yang indah, ada sebuah fase 'bertapa' yang harus dilalui oleh sang ulat yaitu menjadi kepompong. Kalau diamati, saat 'bertapa' ini, posisi kepala kupu-kupu biasanya di bawah. Manusia di dunia ini pada dasarnya sedang diminta untuk 'bertapa' bukan? Oleh karena itu, sebagaimana kupu-kupu yang kepalanya di bawah saat 'bertapa', manusia diminta untuk memperbanyak 'sujud'. Melakukan aktivitas sehari-hari dengan sadar dan penuh makna bahwa semua hanya dariNya dan untukNya.  

Semoga bermanfaat, sugeng enjang.
*Salaman*

No comments:

Post a Comment