Sunday, June 9, 2013

Sosok itu Bernama Mahasiswa (Part 1)

Picture taken from fikrimet05.wordpress.com

Terbangun di pagi hari, menyadari bahwa dunia baru telah menanti. Dunia yang sungguh berbeda dari sebelumnya. Sehari-hari yang biasanya dekat dengan keluarga, sekarang paling tidak seminggu sekali baru bertemu. Sehari-hari yang biasanya full mengikuti pelajaran dari jam 7 sampai jam 2 atau bahkan lebih sore lagi, sekarang sehari paling hanya beberapa mata kuliah saja. Pergaulan yang dulunya lokal satu kota saja, sekarang harus berinteraksi dengan pribadi-pribadi baru dari hampir seluruh kota di Indonesia. Dan masih begitu banyak hal lain yang semuanya serba baru...

Memutuskan untuk belajar di perguruan tinggi dan menyandang status sebagai mahasiswa, tentu bukanlah hal yang sederhana. Ada begitu banyak tantangan yang harus dilalui. Kalau dilihat dari statusnya saja, sudah bukan seorang siswa lagi, tapi MAHA siswa. Tingkatan yang jauh lebih tinggi dari pada seorang siswa. Tingkatan yang seharusnya juga mencerminkan perubahan pola pikir dan perilaku yang lebih baik dari pada perillaku dan pola pikir seorang siswa.

Namun sayangnya, tidak banyak yang memahamkan dirinya dengan baik pengertian MAHAsiswa ini saat memasuki dunia perkuliahan. Anggapan sederhana yang seringkali muncul adalah bahwa kuliah itu melanjutkan SMA, kuliah saja yang benar, dapat IPK baik, lulus cepat dan diterima di perusahaan atau lembaga bonafide.

Akibatnya saat kuliah hanya fokus mengejar nilai saja, tanpa berpikir untuk belajar hal-hal lain yang bisa membantu untuk perubahan karakter menjadi lebih baik lagi. Tidak salah memang hanya belajar saja di kelas, tetapi alangkah baiknya dengan status MAHAsiswa ini jika, sekali lagi, harus memiliki pola pikir yang lebih dibandingkan seorang siswa. Kalau pada saat kuliah hanya belajar di kelas saja, itu artinya sama dengan pada saat jaman sekolah dulu.

Salah satu dosen saya dulu pernah berujar seperti ini "Saat kamu lulus nanti, seharusnya tidak hanya lulus nilainya, tetapi juga lulus untuk karakternya. Karakter pemuda-pemudi yang sudah siap mendarmabaktikan 'ilmu' nya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Tidak hanya egois mengejar kepentingan pribadi, tapi juga mendistribusikan sebuah kemanfaatan yang besar kepada lingkungannya"

Kalau kita berbicara mengenai kebermanfaatan kita di masyarakat, betapa masih sangat banyak ilmu yang kita pelajari lagi. Ilmu berkomunikasi, leadership, berpikir kreatif, peka tehadap keadaaan, kecerdasan 'srawung', dan masih banyak lagi. Itu artinya, selain hanya kuliah saja, diperlukan juga untuk belajar ilmu soft skill yang lain sebagaimana tersebut di atas. Lalu bagaimanakah membangun kesadaran untuk semuanya?

to be continued... Part 2

No comments:

Post a Comment