Rekan-rekan
semua barangkali pernah melihat sebuah film pendek yang mengisahkan tentang
anak india dan sebatang pohon yang tumbang di tengah jalan. Dalam film itu
dikisahkan, ada sebuah pohon besar yang tumbang di tengah jalan dan menghalangi
pengguna jalan untuk melewatinya. Para pengguna jalan pun terpaksa harus
menghentikan perjalanannya. Beberapa ada yang menggerutu. Beberapa ada yang
melaporkan ke pihak terkait dan menunggu tindakan selanjutnya. Beberapa ada
yang hanya berdiam diri dalam kendaraannya.
Tak lama
kemudian, ada seorang anak laki-laki kecil yang mendekati pohon yang tumbang
tersebut. Dalam keadaan hujan deras, si anak mencoba memindahkan pohon tersebut
dengan segenap kekuatannya. Bagaimana hasilnya? Sia-sia!! Ya, memang pohon itu
tak bergerak sedikitpun. Hanya saja, apa yang dilakukan oleh anak tersebut
menjadikan teman-teman si anak kecil ini ikut mendatangi anak kecil ini untuk
mendorong pohon tersebut. Alhasil, tindakan ini pun juga menggerakkan semua
pengguna jalan untuk ikut memindahkan pohon tersebut. Dan, Ajaib!! Pohon itu
akhirnya bisa dipindahkan bersama-sama dan lalu lintas bisa lancar kembali.
Kalau kita
cermati, apa yang dilakukan anak kecil ini sungguh sederhana. Dilihat secara
fisik, sebuah hal yang mustahil dia bisa memindahkan pohon besar itu sendirian.
Namun keberadaanya bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk melakukan
hal yang sama. Bagaimana bisa? Karena si anak kecil memberikan contoh yang
nyata, memberikan teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Keteladanan, ya inilah
yang harus dimiliki untuk bisa mempengaruhi dalam kapasitas sebagai seorang
pemimpin.
Mempengaruhi
bagi seorang pemimpin adalah melalui proses yang memerlukan waktu. Tidak bisa
dengan proses yang instan. Pembentukan karakter tentu saja berbeda dengan
mencetak sebuah barang, yang hanya memerlukan waktu singkat. Mempengaruhi
berbeda dengan memaksa. Mempengaruhi dekat dengan kesadaran penuh untuk
melakukan. Adapun paksaan dekat dengan ketidaknyamanan dan tekanan.
Seperti halnya
cerita mengenai perlombaan matahari dan angin. Saat itu matahari dan angin
berlomba, siapa yang paling cepat bisa membuat manusia bumi membuka bajunya
dengan cepat. Giliran pertama adalah angin. Angin langsung menggunakan
kekuatannya untuk menerjang manusia bumi. Apa yang terjadi? Manusia bumi justru
semakin kuat memegang bajunya. Semakin diterpa angin, semakin kencang manusia
bumi memegang bajunya. Angin pun merasa gagal dan kembali.
Tiba giliran
matahari untuk mencoba. Mula-mula matahari hanya menggunakan sedikit pengaruh
sinarnya untuk memunculkan kondisi yang gerah pada manusia bumi. Semakin lama,
pengaruh sinar sang matahari ini semakin ditingkatkan. Akibatnya, cuaca menjadi
semakin gerah. Akhirnya, manusia bumi pun melepas bajunya karena tak tahan
dengan suasana gerah yang dialaminya. Matahari pun menang dalam perlombaan
tersebut.
Sahabat semua,
mari terus belajar, mari terus benahi diri. Mari terus mempantaskan diri agar
kita bisa menjadi pemimpin yang memiliki pengaruh. Memimpin diri sendiri adalah
sebuah keutamaan. Namun tugas kita tidak hanya berhenti di situ. Setelah ada
keutamaan maka bagaimana menebarkan keutamaan itu kepada orang-orang di sekitar
kita. Menebarkan pengaruh kebaikan yang menjadikan kualitas kepemimpinan kita
semakin bermakna.
No comments:
Post a Comment