Tuesday, October 1, 2013

Menasehati ala Burger


Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan semasa hidupnya. Ya, kesempurnaan manusia ada pada ketidaksempurnaannya. Bagi sahabat -sahabat yang muslim, salah satu kalimat dzikir yang diperintahkan untuk membaca (misalnya selepas shalat) adalah subhanallah. Apa artinya? Maha Suci Allah. Kita bisa pahami bahwa yang memiliki kualitas MAHA SUCI itu adalah Tuhan, bukan manusia. Jadi menjadi tidak tepat saat kesalahan sedikit saja yang dilakukan orang lain, membuat kita terkuras emosinya untuk memarahi atau jengkel dengan yang bersangkutan.

Lalu apa yang perlu kita lakukan saat melihat orang lain berbuat salah atau melakukan tindakan yang kurang tepat? Pertama, pahami bahwa salah atau tidaknya tindakan maupun perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pada saat apa, pada momentum apa tindakan tersebut dilakukan. Contoh sederhana, ada seorang anak yang hobinya adalah beradu argumen dengan orang tuanya dan orang tuanya pun terpaksa mengalah. Mari kita cermati, dalam konteks hubungan orang tua dan anak, bisa jadi itu tidak baik. Namun kalau kita letakkan hobi beradu argumen ini dalam lomba debat, tentu justru baik dan menguntungkan. Relatif sekali.

Kedua, kita perlu memiliki kemampuan lebih dalam hal penyampaian sebuah informasi efektif kepada orang lain. Ingat bahwa keberhasilan komunikasi terjadi saat orang melakukan apa yang kita inginkan. Walaupun kita sudah berbusa-busa dalam menyampaikan, tetapi saat orang tidak paham dengan apa yang kita inginkan, maka dikatakan bahwa kita perlu belajar lagi teknik komunikasi yang baik. Selalu letakkan tanggung jawab pada diri kita sendiri. Nah, terkait dengan teknik penyampaian informasi efektif, sesuai judulnya, kita akan membahas salah satu teknik yang bisa dipakai saat kita ingin menyampaikan masukan atau kritikan kepada orang lain. Sebut saja burger technique. 


Teman-teman pasti pernah melihat kue burger bukan. Kira-kira bentuknya seperti disamping ini. Burger paling atas adalah roti, kemudian di tengahnya ada isinya macam-macam, kemudian ditutup kembali di bagian paling bawah juga dengan roti.

Bagaimana aplikasinya dalam hal menasehati orang lain. Begini, jadi saat menasehati atau memberikan masukan kepada orang lain, awalilah dengan memberikan apresiasi terlebih dahulu kepada yang bersangkutan. Setelah itu, baru kita masuk ke inti nasehat atau masukan yang ingin kita sampaikan kepada beliau. Setelah masukan tersampaikan, kita tutup nasehat kita dengan pujian lagi. Pola besarnya adalah apresiasi - inti - apresiasi. Oke, mari kita lihat contohnya. Suatu hari Anda ingin memberikan nasehat kepada adik Anda karena dia sering teledor saat membuat susu sendiri sehingga susunya pun banyak yang tumpah ke lantai.

Alih-alih langsung mengatakan " Dek, kalau buat susu itu hati-hati. Selalu saja mengotori lantai, katanya udah sekolah, masak tiap hari terus begini!!" Kalimat baru saja akan berpotensi menjadikan adek Anda sakit hati dan bahkan tidak mau membuat susu lagi. Bandingkan kalau kita menyampaikannya seperti ini, "Waah... Adekku memang hebat ya, sudah bisa membuat minum susu sendiri, walaupun sebaiknya saat menuangkan susu kental maupun susu bubuknya, sebaiknya lebih hati-hati ya, agar lantainya tetap bersih. Kakak yakin adek pintar, jadi mulai besok pasti sudah lebih baik. Siiip, ayo anak hebat kita tos dulu!!"

Menjadi berbeda bukan? Mari kita praktikkan :)

No comments:

Post a Comment