Friday, November 25, 2016

Apa itu Happiness (Kebahagiaan)



Jika happiness diterjemahkan sebagai bahagia, maka definisi bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan): -- dunia akhirat; hidup penuh. Definisi ini tentu saja merupakan definisi yang sangat umum sekali. Adapun penterjemahan menurut masing-masing individu bisa menjadi berbeda. Maka untuk memudahkan dalam penyampaian, kata happiness dalam tulisan ini akan tetap dituliskan sama, tidak diterjemahkan sebagai bahagia.

Hampir setiap orang menginginkan happiness dalam hidupnya bahkan menjadi tujuan hidupnya. Happines juga menjadi salah satu indikator dari kualitas hidup seseorang, bagaimana seseorang merasa puas dalam hidupnya. Penelitian yang dilakukan oleh Heady dan Veehoven (1989) menyatakan bahwa orang akan merasa puas dalam hidupnya saat bisa memberikan performa yang baik dalam aktivitasnya dan juga mampu menerima saat terjadi kesenjangan antara apa yang dia harapkan dan realitas yang dialaminya4.

Happiness merupakan sebuah emosi positif yang didefinisikan secara subjektif oleh tiap individu dan menjadi salah satu bahasan utama dalam psikologi positif. Kesulitan mendefinisikan happiness lebih disebabkan oleh aspeknya yang sangat luas dan juga mendalam3. Tiap-tiap individu tentu saja memiliki pandangan yang sangat subjektif jika diberikan pertanyaan tentang hal apa yang bisa menyebabkannya bahagia. Para ahli masih memperdebatkan mengenai apa saja sebenarnya faktor yang memunculkan happiness pada diri seseorang. Pada satu penelitian disebutkan bahwa faktor spiritual menjadi faktor utama penyebab happiness, namun ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa kemampuan untuk berteman dengan baik dan kemampuan memaafkan menjadi faktor penentunya4.

Sebuah penelitian dilakukan pada 467 siswa setara SMA (usia 14-18 tahun) di Yogyakarta dengan jumlah siswa laki-laki 198  dan jumlah siswa perempuan 269 siswa, untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan mereka bahagia4. Hasilnya dari total 467 responden, jika diurutkan berdasarkan prosentase terbesar maka kondisi happiness yang mereka rasakan disebabkan oleh :
1.    Faktor keluarga
2.    Faktor pencapaian atau prestasi
3.    Faktor spiritualitas atau agama
4.    Faktor pertemanan
5.    Faktor keberadaan waktu luang
6.    Faktor uang

Berdasarkan keenam faktor di atas, secara ringkas disimpulkan bahwa ada tiga sumber utama untuk munculnya happiness pada remaja. Ketiga faktor tersebut adalah :
1.    Interpersonal relation (keluarga, teman, bisa mencintai dan merasa dicintai)
2.    Self Fullfillment (prestasi, uang, waktu luang)
3.    Relations with God (spiritualitas)

Dalam perkembangannya, kajian tentang happiness ini terus dilakukan. Happiness sendiri adalah salah satu dimensi pengukuran dalam psikologi. Berkembangnya psikologi positif membuat penelitian tentang happiness  semakin banyak bermunculan. Salah satunya adalah keberadaan subjective well being (SWB) yang sering digunakan dalam banyak asesmen tentang kebahagiaan individu5

Para ahli pun melakukan penelitian untuk menentukan determinan dari happiness itu sendiri. Lyubomirsky misalnya, menyebutkan bahwa ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap chronic happiness level. Tiga hal tersebut adalah set point, atau seperangkat kondisi atau keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam memaknai kebahagiaan yang sulit untuk diubah. Kemudian berikutnya adalah Intentional activity, melakukan aktivitas yang dilakukan dengan kesadaran dan yang terakhir adalah faktor circumstances, faktor demografis, faktor geografis, budaya, termasuk juga past experience yang pernah dialami oleh individu6

Kajian tentang happiness ini tentu erat kaitannya dengan keberadaan happiness sebagai salah satu bagian dari positive emotion. Bagaimana peran emosi positif kaitannya dengan psikologi positif? Menurut Barbara Fredrickson (2011) emosi positif bisa dikatakan sebagai sarana bagi individu untuk berkembang baik secara individu maupun sosial. Emosi positif mendukung untuk membangun sumber daya internalnya seperti7 :
1.    Memperluas sudut pandang seseorang terhadap sesuatu yang akhirnya beriringan dengan sekumpulan tindakan yang mendukung
2.    Mengurangi kondisi emosi negatif yang berkepanjangan
3.    Sebagai bahan utama untuk resiliensi psikologis
4.    Membantu membangun resiliensi psikologis dan pemicu untuk munculnya peningkatan dalam kemampuan mengelola emosi

Satu hipotesis yang dimunculkan yaitu emosi positif berpengaruh pada kesehatan fisik seseorang, walaupun hipotesis ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, secara umum, emosi positif sangat erat kaitannya dengan optimalnya fungsi fisik dan psikologis dari seseorang7.

No comments:

Post a Comment