Thursday, November 24, 2016

Mengulik Proses Terapi Narkoba di Banyumas (part 2)



Menurut perspektif humanisme, maka saat orang terlibat dengan narkotika atau sejenisnya, bisa jadi disebabkan karena kurangnya penerimaan pada lingkungan terdekatnya. Kurangnya penerimaan ini mengakibatkan mereka kurang memiliki self concept yang baik dan akhirnya memilih bergabung dengan kelompok tertentu yang lebih bisa menerimanya. JIka kelompok tempat dia bergabung memberikan pengaruh kaitannya dengan penggunaan obat-obatan atau alcohol, maka tentu saja sangat mungkin seseorang ini terpengaruh oleh lingkungannya.

Adapun kalau kita tinjau dari sisi budaya, misalnya saja terkait dengan perilaku minum alkohol. Setiap budaya memiliki preferensinya masing-masing untuk obat psikoaktif tertentu dan memiliki pelarangan masing-masing untuk subtansi-subtansi yang dianggap tidak diterima. Misalnya saja di korea, para anggotanya diharapkan minum banyak alkohol pada acara-acara tertentu. Kalau di Indonesia misalnya adanya tradisi minum arak di Bali sebagai bagian dari perayaan atau upacara tradisional. Pada Negara-negara yang secara perkembangan sisi ekonominya kurang berkembang , bisa jadi membatasi ketersediaan obat atau alkohol sehingga prevalensi pengguna narkotika menjadi rendah.

Untuk penanganannya, secara biologis bisa dilakukan proses yang disebut dengan agonist substitution. Subtitusi agonis ini adalah penggantian suatu obat yang membuat seseorang mengalami ketergantungan dengan obat lain yang memiliki kandungan kimia serupa. Digunakan untuk ketergantungan subtansi. Bisa juga menggunakan antagonist drugs, obat-obatan yang berfungsi untuk memblokir atau menangkal efek obat-obatan psikoaktif. 

Penanganan aversif juga bisa dilakukan yaitu dengan cara meresepkan obat yang membuat pemakaian subtansi yang disalahgunakan itu menjadi sangat tidak menyenangkan.
Pemberian fasilitas rawat inap untuk pengguna narkotika ini juga akan membantu untuk mengisolasi yang bersangkutan dari faktor-faktor yang mungkin menjadi stimulus untuk keinginan pemakai menggunakan lagi. Program Twelve Steps yang disarankan oleh alcoholic Anonymous juga bisa digunakan dengan melakukan variasi antara poin-poin di dalamnya.
Aversion Therapy juga bisa digunakan sebagai salah satu solusinya. Terapi ini menggunakan model conditioning penggunaan substansi dipasangkan dengan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan seperti kejutan listrik singkat atau perasaan mual. Controlled drinking untuk peminum alkohol yaitu mengajari peminum untuk minum dengan tingkat moderat.

Penanganan secara tradisional, biasanya masyarakat mempercayakan pada dukun atau tokoh agama yang dianggap mumpuni untuk menyelesaikannya. Pondok-pondok pesantren yang sekaligus sebagai tempat rehabilitasi untuk narkoba banyak terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu terapinya adalah seperti yang dipaparkan di video dimana terapinya dilakukan dengan menenggelamkan pasien ke dalam air dingin dan berasal dari sumber mata air selama beberapa detik. Selain itu, pasien diajak mengikuti lomba makan kerupuk dan mengambil uang koin dari sebuah terong. Menurut pengasuh pondok pesantren, Ustadz Ikhsan Maulana, terapi ini dimaksudkan agar syaraf-syaraf pasien yang tegang atau yang tertutup menjadi terbuka kembali dan harapannya pasien bisa sembuh. Ada proses pengkondisian dan pengalihan untuk aktivitas pasien dengan tidak dibolehkannya pasien berinteraksi dengan lingkungan luar, sekaligus ada penanganan secara biologis dengan melibatkan unsur-unsur alam.

No comments:

Post a Comment