Ada
berbagai cara penyembuhan bagi pasien ketergantungan narkoba dan gangguan jiwa.
Di Pondok Pesantren, Karangsari, Purbalingga, Jawa Tengah, terapi ini dilakukan
dengan menenggelamkan pasien ke dalam air dingin dan berasal dari sumber mata
air selama beberapa detik. Selain itu, pasien diajak mengikuti lomba makan
kerupuk dan mengambil uang koin dari sebuah terong. Menurut pengasuh pondok
pesantren, Ustadz Ikhsan Maulana, terapi ini dimaksudkan agar syaraf-syaraf pasien
yang tegang atau yang tertutup menjadi terbuka kembali dan harapannya pasien
bisa sembuh
PEMBAHASAN
Seseorang
yang mengalami mengalami kasus terkait narkoba yang sampai menyebabkan gangguan
secara mental dan perilaku, menurut PPDGJ III dimasukkan dalam blog diagnosis Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif (F 10 – F 19) dengan bermacam-macam jenis kondisi
klinis sebagai berikut :
·
Intoksikasi
akut
·
Penggunaan
yang merugikan (harmful use)
·
Sindrom
ketergantungan
·
Keadaan
putus zat
·
Keadaan
putus zat dengan delirium
·
Gangguan
psikotik
·
Sindrom
amnesik
·
Gangguan
psikotik residual atau onset lambat
·
Gangguan
mental dan perilaku lainnya
·
Gangguan
mental dan perilaku YTT
Faktor
penyebabnya bisa bermacam-macam, salah satunya adalah pengaruh genetik atau
pengaruh dari keluarga juga faktor lingkungan. Faktor-faktor psikososial
seperti keinginan seseorang untuk mendapatkan ketenangan secara instan juga
keberadaan faktor stress juga menjadi penyebabnya. Kebanyakan obat-obat
psikotropika memproduksi efek-efek positif baik digunakan untuk tujuan saat
orang ingin menjadi lebih tenang dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya atau
untuk tujuan melarikan diri dari permasalahan atau tantangan hidup yang
dialaminya.
Berdasarkan
penyebabnya, jika dikaji menurut perspektif behavioral, bahwa perilaku, dalam
pandangan ini sangatlah ditentukan oleh pengaruh lingkungannya. Keberadaan reinforcement positif dan reinforcement negatif dari sudut pandang
pengguna sangat mungkin muncul. Terkait dengan reinforcement positif, maka perasaan yang muncul dari penggunaaan
subtansi psikoaktif adalah perasaan menyenangkan dalam arti tertentu dan orang
akan terus memakai obat itu untuk mendapatkan perasaan menyenangkan itu lagi. Reinforcement positif dalam
penggunaannya dan situasi di sekitar penggunaan obat itu memberikan kontribusi
apakah orang memutuskan untuk mencoba dan terus menggunakan obat.
Selanjutnya,
banyak peneliti juga yang melihat bagaimana obat membantu mengurangi perasaan
tidak menyenangkan melalui reinforcement negatif.
Banyak orang berkemungkinan memulai dan terus menggunakan obat untuk lari dari
perasaan tidak menyenangkan yang mereka rasakan. Terdapat juga banyak obat yang
memberikan sarana untuk lari dari rasa sakit dan cemas atau panik.
Menurut
perspektif kognitif, apa yang diharapkan untuk dialami ketika mereka
menggunakan obat mempengaruhi reaksi mereka terhadapnya. Artinya, penggunaan
telah salah dipersepsikan sebagai penyebab untuk munculnya perasaan nyaman atau
lari dari kondisi yang tidak diinginkannya. Misalnya saja jika seorang siswa
atau pelajar berpikir bahwa minum akan meningkatkan perilaku social serta
meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik, maka perilaku minum alkoholnya
sudah pasti akan lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki perspektif
serupa. Perspektif kognitif menekankan bahwa terdapat irrational belief yang menyatakan bahwa mereka akan mengalami
perasaan yang menyenangkan bila memakai obat atau alcohol sebagai pengaruh
tidak langsung pada berbagai masalah yang terkait dengan pemakaian obat.
Lalu bagaimana menurut perspektif humanisme?
No comments:
Post a Comment