Thursday, November 24, 2016

Mengulik Proses Terapi Narkoba di Banyumas



Ada berbagai cara penyembuhan bagi pasien ketergantungan narkoba dan gangguan jiwa. Di Pondok Pesantren, Karangsari, Purbalingga, Jawa Tengah, terapi ini dilakukan dengan menenggelamkan pasien ke dalam air dingin dan berasal dari sumber mata air selama beberapa detik. Selain itu, pasien diajak mengikuti lomba makan kerupuk dan mengambil uang koin dari sebuah terong. Menurut pengasuh pondok pesantren, Ustadz Ikhsan Maulana, terapi ini dimaksudkan agar syaraf-syaraf pasien yang tegang atau yang tertutup menjadi terbuka kembali dan harapannya pasien bisa sembuh

PEMBAHASAN
Seseorang yang mengalami mengalami kasus terkait narkoba yang sampai menyebabkan gangguan secara mental dan perilaku, menurut PPDGJ III dimasukkan dalam blog diagnosis Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif (F 10 – F 19) dengan bermacam-macam jenis kondisi klinis sebagai berikut :
·         Intoksikasi akut
·         Penggunaan yang merugikan (harmful use)
·         Sindrom ketergantungan
·         Keadaan putus zat
·         Keadaan putus zat dengan delirium
·         Gangguan psikotik
·         Sindrom amnesik
·         Gangguan psikotik residual atau onset lambat
·         Gangguan mental dan perilaku lainnya
·         Gangguan mental dan perilaku YTT

Faktor penyebabnya bisa bermacam-macam, salah satunya adalah pengaruh genetik atau pengaruh dari keluarga juga faktor lingkungan. Faktor-faktor psikososial seperti keinginan seseorang untuk mendapatkan ketenangan secara instan juga keberadaan faktor stress juga menjadi penyebabnya. Kebanyakan obat-obat psikotropika memproduksi efek-efek positif baik digunakan untuk tujuan saat orang ingin menjadi lebih tenang dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya atau untuk tujuan melarikan diri dari permasalahan atau tantangan hidup yang dialaminya.

Berdasarkan penyebabnya, jika dikaji menurut perspektif behavioral, bahwa perilaku, dalam pandangan ini sangatlah ditentukan oleh pengaruh lingkungannya. Keberadaan reinforcement positif dan reinforcement negatif dari sudut pandang pengguna sangat mungkin muncul. Terkait dengan reinforcement positif, maka perasaan yang muncul dari penggunaaan subtansi psikoaktif adalah perasaan menyenangkan dalam arti tertentu dan orang akan terus memakai obat itu untuk mendapatkan perasaan menyenangkan itu lagi. Reinforcement positif dalam penggunaannya dan situasi di sekitar penggunaan obat itu memberikan kontribusi apakah orang memutuskan untuk mencoba dan terus menggunakan obat.

Selanjutnya, banyak peneliti juga yang melihat bagaimana obat membantu mengurangi perasaan tidak menyenangkan melalui reinforcement negatif. Banyak orang berkemungkinan memulai dan terus menggunakan obat untuk lari dari perasaan tidak menyenangkan yang mereka rasakan. Terdapat juga banyak obat yang memberikan sarana untuk lari dari rasa sakit dan cemas atau panik.
 
Menurut perspektif kognitif, apa yang diharapkan untuk dialami ketika mereka menggunakan obat mempengaruhi reaksi mereka terhadapnya. Artinya, penggunaan telah salah dipersepsikan sebagai penyebab untuk munculnya perasaan nyaman atau lari dari kondisi yang tidak diinginkannya. Misalnya saja jika seorang siswa atau pelajar berpikir bahwa minum akan meningkatkan perilaku social serta meningkatkan kemampuan kognitif dan motorik, maka perilaku minum alkoholnya sudah pasti akan lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki perspektif serupa. Perspektif kognitif menekankan bahwa terdapat irrational belief yang menyatakan bahwa mereka akan mengalami perasaan yang menyenangkan bila memakai obat atau alcohol sebagai pengaruh tidak langsung pada berbagai masalah yang terkait dengan pemakaian obat.

Lalu bagaimana menurut perspektif humanisme?
 

No comments:

Post a Comment