Saturday, February 1, 2014

Maka Donat pun Bicara

Teringat jaman saya kecil dulu. Saat Ayah saya pulang dari luar kota. Beliau pulang membawa oleh-oleh yang menurut saya (saat itu dan ketoke yo sampai saat ini sih, hahaha...) sangat spesial. Apa itu? tidak lain dan tidak bukan adalah D.O.N.U.T, sebut saja mereknya DD. Sebagai anak kecil yang terlahir di desa, donut adalah makanan langka, apalagi donut bermerk, hehe.



Oke, anyway, donut adalah perpaduan dari berbagai macam bahan. Mulai dari tepung terigu, telur, air, susu, ragi, garam, gula dan beberapa tambahan bahan lainnya. Perpaduan yang menghasilkan kenikmatan (bagi yang suka tentu saja) dalam bentuk donut. 

Pertanyaannya, apakah hanya dengan mencampur bahan-bahan itu kemudian kita bisa menikmati sebuah donut? Eitt, tentu saja belum jadi. Saat kita mencampur bahan-bahan dasar tersebut, yang terbentuk adalah adonan bahan donut. Agar bisa dinikmati bersama coklat atau tepung gula halus, adonan ini harus diuleni, didiamkan, sampai mengembang, didiamkan lagi, dibentuk, kemudian dipanaskan dengan cara digoreng. Barulah jadi sebuah donut yang siap disantap. Apakah selalu enak donutnya? Belum tentu, bisa jadi bantat, gosong, atau tak ada rasanya. Tergantung dari kemampuan juru masaknya untuk memadukan bahan juga kecermatan dalam menentukan seberapa lama adonan yang sudah jadi itu untuk diselesaikan menjadi donut.

Manusia memiliki begitu banyak sumber daya (bahan), entah itu dari buku, dari seminar, dari pengalaman yang pernah dialaminya, dari cerita bijak seseorang, dari perenungan, dan dari aktivitas-aktivitas manusia lainnya. Seperti halnya membuat donut, kemampuan memadukan seluruh sumber daya ini akan membentuk sebuah persepsi tertentu dalam diri seorang manusia. Saat persepsi ini kemudian diuleni, direnungkan, lalu di"matangkan" maka terbentuklah sebuah perilaku yang kemudian menghasilkan sebuah karakter. Baik buruknya karakter tentu sangat dipengaruhi dari komposisi sumber daya dan bagaimana seseorang mengolahnya. 

Saat donut sudah matang, terbentuklah sebuah makanan berbentuk bulat yang tengahnya kosong. Saat pinggiran dari yang kosong ini dimakan maka tinggallah ruang kosong. Eh, tapi tergantung juga melihatnya, kalau fokusnya ke arah kosongnya, ya daging donutnya tentu tak terlihat. Tapi kalau fokus ke daging donutnya, bisa jadi tak sadar kalau tengahnya kosong. Maka sebaiknya kita lihat secara lengkap bahwa donut itu ada bagian padat dan ada bagian kosongnya.

Terus? Maksud looh?
Yuk mari kita tafsirkan menurut pemahaman kita masing-masing....

No comments:

Post a Comment