Friday, February 28, 2014

Untukmu Hafidz, Kuberikan Hatiku

Baru saja membaca sebuah berita yang menarik mengenai kisah seorang ayah yang mendonorkan organnya untuk proses transplantasi hati si anak. Transplantasi hati adalah operasi besar yang melibatkan penghapusan rusak atau sakit hati dari tubuh dan menggantikannya dengan yang sehat dari donor. Sang anak bernama Muhammad Sayid Hafidz sedangkan sang ayah bernama Sugeng Kartika. "Alhamdulillaah... semuanya lancar" demikian kata-kata singkat sang Ayah yang juga baru dalam masa pemulihan. 

Menurut informasi yang saya dapatkan dari mbah Google, Dek hafidz ini mengalami sesuatu yang disebut dengan sindrom alagille. Sindrom ini merupakan penyakit genetik yang mempengaruhi fungsi hati, jantung, ginjal, dan sistem lain dalam tubuh seseorang. Merupakan bawaan lahir dan sebenarnya sangat jarang terjadi. Terjadi hanya pada satu per 100.000 kelahiran hidup.

Ah... saya jadi terharu membaca kisah ini. Entah apa yang menggelayut di pikiran saya. Langsung terbayang sosok Ayah, lelaki hebat di dunia ini.Seorang laki-laki yang kasih sayangnya kepada anak-anaknya tak akan ada yang bisa menyainginya. Seorang laki-laki yang telah menjadi panutan paling awal untuk memiliki sifat sebagai seorang pemimpin.

Membaca kisah ini mengingatkan saya tentang sebuah pesan yang selalu saya sampaikan saat saya diundang untuk berbagi di depan para siswa SMP, SMA, atau mahasiswa yang belum menikah. Bahwa saat mereka masih sekolah, fokuslah untuk sekolah, nda usah pacaran. Sebelum ada proses resmi menikah, maka alangkah lebih baik kalau kasih sayang yang kita miliki kita berikan lebih kepada lingkaran terdekat kita yaitu keluarga. Entah itu ayah, ibu, adek, kakak, mereka yang akan menerima kita apadanya, dalam kondisi apapun kita. 

Entah apa yang ada di pikiran pak Sugeng saat memutuskan untuk menjadi pendonor bagi anaknya. Bukan sebuah hal yang mudah untuk mendonorkan organ tubuh yang sangat berharga untuknya, hati. Terlebih lagi resiko yang mungkin muncul bagi pendonor di kelak kemudian hari juga tidak ringan. Ada resiko kematian, kebocoran empedu, kegagalan organ yang mengakibatkan perlunya transplantasi organ di masa depan bagi pendonor. Sebagaimana yang diinformasikan di situs ini.

Satu hal yang pasti, kesadaran dan kasih sayang sebagai seorang Ayah-lah yang bisa jadi membuat pak Sugeng berani maju untuk pendonor. Semangat (dan tentunya dengan izin dan kemurahan Allah SWT) akhirnya biaya untuk transplantasi hati Hafidz bisa terkumpul. Padahal, jumlah biayanya juga tidak kecil, tidak tanggung-tanggung, untuk sebuah operasi transplantasi hati, membutuhkan dana 1,6 miliar. Awalnya, sebuah hal yang mustahil tercukupi oleh pak Sugeng, dengan keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan.

Semoga Hafidz dan pak Sugeng sehat, semoga Allah SWT selalu berikan barakahNya, kasih sayangNya untuk pak Sugeng dan keluarganya. Aamiin..

No comments:

Post a Comment