Monday, February 17, 2014

Sufi Kecil itu Bernama Rahman



Beberapa waktu yang lalu, kantor tempat saya beraktivitas kedatangan seorang klien bernama Rahman. Rahman ini masih kelas 1 sebuah SMP di Jogjakarta. Rahman datang ke kantor bersama ibu dan kakeknya. Informasi awal yang saya dapatkan mengenai Rahman ini adalah dia memiliki kecemasan berlebih. Hanya itu saja. Sehingga begitu bertemu dengan orang tuanya, saya pun bertanya banyak hal mengenai Rahman ini untuk menyelaraskan dengan treatment yang  perlu saya lakukan guna membantu menyelesaikan permasalahan yang Rahman hadapi. 



Menurut ibunya, kecemasan berlebih yang dirasakan anaknya ini baru berlangsung kurang lebih 1 bulan. Awalnya, sang anak baik-baik saja. Setiap pulang sekolah ditanyai tentang kegiatan di sekolahnya pun menjawab dengan antusias. Sampai akhirnya kondisi tersebut berubah drastic setelah Rahman mengalami sebuah peristiwa yang amat mengganggu jiwanya. Sebuah peristiwa yang menjadikan Rahman menjadi khawatir setiap akan melakukan aktivitas baru. Rahman menjadi tidak tenang setiap akan keluar rumah, takut terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada dirinya.

Selesai wawancara dengan ibu dari Rahman, saya pun mempersilakan Rahman untuk masuk dalam ruangan, bergantian dengan ibunya. Sekilas melihat sosok Rahman ini, saya tak melihat adanya sebuah permasalahan yang berarti pada dirinya. Wawancara awal dengannya pun justru membuat saya kaget sekaligus kagum. Anak ini masih kecil, tapi pola pikirnya sangat dewasa. Saat saya tanya cita-citanya apa? Dia menjawab pengen jadi pengusaha. Kenapa pengen jadi pengusaha? Dia menjawab karena ga pengen jadi karyawan, maunya pengen langsung jadi direktur. Menariknya, jawaban-jawaban Rahman ini dia sampaikan dengan mantap dan tenang.

Sampai akhirnya, mulailah saya masuk ke inti permasalahan. And guess what? Inti permasalahannya adalah Rahman takut terhadap kematian. Ya, Anda tidak salah baca dan saya pun tidak salah tulis. Rahman kecil ini sudah berpikir jauh ke depan ; bagaimana jika tiba-tiba kematian menghampiri saya?

Sesuatu yang seakan sepele memang, tapi menurut saya, pertanyaan-pertanyaan seperti ini belum lazim disampaikan oleh seorang anak SMP seperti Rahman ini. Namun kenyataannya, yang terjadi adalah demikian. Seorang anak SMP ber’masalah’ dengan kekhawatirannya terhadap sesuatu yang sangat mendasar dalam hidup yaitu kematian.

Karena memang ingat mati akan sangat berpotensi membuat kita lebih produktif lagi akan segala hal. Karena ajal memang bisa menjemput kita kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun. Maka tak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan waktu yang masih diberikanNya, dengan melakukan sebanyak mungkin hal bermanfaat untuk menjadikan hidup kita berkah dan bermakna.

Kehadiran Rahman, bagi saya adalah ‘message’ dariNya untuk lebih ngeh tentang mempersiapkan diri lebih baik lagi. Utamanya adalah berupaya terus untuk berpegang teguh pada aturanNya, memanfaatkan waktu-waktu yang ada untuk menyelesaikan amanah yang diberikanNya kepada kita, menjadi perantaraNya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Thanks Allah, Thanks Rahman… You’re the most inspiring child.

No comments:

Post a Comment