Monday, February 24, 2014

The Ground Rules for Parents

Kembali ingin mengapresiasi gagasan yang diusung oleh Ayah Edy, salah seorang pakar parenting di Indonesia. Beliau membuat sebuah gagasan yang sangat mendasar untuk perkembangan bangsa Indonesia ini, "Indonesian Strong from Home". Bagaimana membangun Indonesia menjadi sebuah negara maju dan berdaya dengan memulainya dari lingkungan rumah atau keluarga. 

Saya, sebagaimana Ayah Edy, juga banyak berinteraksi dengan para orang tua yang anaknya menjadi klien di Omah Tentrem. Omah Tentrem adalah kantor saya, tempat pelatihan sekaligus klinik hypnotherapy dan klinik konsultasi. Berdasarkan interaksi dan juga diskusi dengan para orang tua ini, saya pun memiliki pendapat yang sama dengan apa yang sudah dicetuskan oleh Ayah Edy tersebut, "Indonesian Strong from Home".

NLP (Neuro Linguistic Programming) salah satu disiplin ilmu pengembangan diri yang berkembang saat ini, dari penggalian data melalui pelatihan dan buku serta aplikasinya di lapangan, ternyata memberikan banyak masukan berharga untuk program Indonesian Strong from Home ini.

Oke, mari kita masukkan beberapa presuposisi NLP untuk kita kaitkan dengan bagaimana kita bisa jauh lebih baik untuk menjadi sosok orang tua. Pembahasan ini saya dapatkan dari buku "Passing the 11+ with NLP" karya Judy Bartkowiak dan Carolyn Fitspatrick". Let's start!!

1. If You always do what you've always done, then you will always get what you've always got
Saat kita menginginkan perubahan dari perilaku orang lain, siapapun itu, termasuk anak kita, maka yang pertama harus kita ubah adalah perilaku kita sendiri terlebih dahulu. Hal yang mendasari perubahan perilaku kita adalah belief kita. Jadi kalau kita misalnya memiliki belief-belief yang membatasi diri kita, apalagi itu terkait dengan anak kita, ubah segera belief-belief tersebut kemudian terjemahkan pula dalam bentuk perubahan perilaku. 

2. You have the resources to do whatever you want to do
Satu keyakinan penting yang harus kita miliki yaitu orang tua dan anak, keduanya pada dasarnya sudah memiliki seluruh sumber daya yang diperlukannya untuk mencapai keinginannya. Kesadaran akan hal ini akan membuat orang tua dan anak bisa lebih bersemangat untuk melakukan penggalian ke dalam dirinya masing-masing guna menemukan sumber daya apa yang bisa mereka gunakan untuk menyelesaikan permasalahan atau tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3. If someone else can do it, you can too
Nothing is impossible. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau. Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengakuisisi skill apapun yang dimiliki oleh yang lainnya. Apalagi jika ini kita terapkan pada dunia anak-anak. Mereka adalah pemodel ulung untuk perilaku atau keahlian apapun yang mereka jumpai dalam keseharian mereka. Jadi saat kita ingin menguasai keahlian tertentu, lihatlah bagaimana orang lain (yang ahli dalam hal tersebut) melakukannya. Pengkondisian ini tentu berlaku juga untuk anak kita.

4. There is no failure, only feedback
Seperti yang telah di bahas di point nomor 2, bahwa setiap orang pada dasarnya telah memiliki sumber daya yang bisa digunakan untuk mencapai apa yang dia inginkan. Termasuk bagian dari yang dimaksud dengan sumber daya ini adalah kegagalan yang pernah dialami. Lho apa yang bisa dipelajari dari sebuah kegagalan? Yang bisa dipelajari adalah polanya. Saat kita tahu dengan pola A misalnya belum berhasil (dalam konteks tertentu), maka sebaiknya tidak ada pengulangan pola yang sama jika ingin berhasil. Itu artinya kita telah mendapatkan umpan balik untuk harapan keberhasilan selanjutnya. Saat pola tertentu belum berhasil untuk mengubah perilaku anak, itu artinya ada sebuah feedback untuk segera menggantinya dengan pola pendekatan lain.

5. If you spot it, you've got it
Saat orang tua mau memperhatikan betul bagaimana perilaku anak-anaknya, maka hasil dari 'memperhatikan betul' ini bisa kita gunakan menjadi sumber daya dalam pendidikan dan pengajaran anak sehari-hari. Misalnya saja, kita tahu anak memiliki tokoh idola tertentu yang dikaguminya, maka 'tokoh idola' ini (semoga tokoh idolanya berperilaku baik) bisa kita gunakan sebagai tool untuk memasukkan informasi-informasi tertentu yang ingin kita sampaikan kepada anak, alih-alih hanya menggunakan nasehat biasa saja.

Masih ada beberapa ground rules yang akan kita bahas pada artikel selanjutnya... sabar yaa... hehehe....



No comments:

Post a Comment