Saturday, February 1, 2014

Tipuan Inderawi

Teringat dengan sebuah kisah mengenai gajah yang dirantai dengan rantai yang cukup besar di masa kecilnya. Gajah kecil ini coba berontak sekuat tenaga, namun apa daya, tubuhnya yang kecil tak mampu untuk lepaskan rantai yang mengikat kedua kakinya. Hal ini berlangsung cukup lama, sampai kemudian gajah kecil ini bertumbuh, menjadi seekor gajah besar yang memiliki tenaga yang sangat besar. 



Anehnya, gajah besar ini tetap tunduk tak berdaya saat di kedua kakinya kembali diikatkan rantai yang sama besarnya dengan yang pernah digunakan untuk mengikat kedua kakinya saat kecil dulu. Padahal, tubuhnya, kekuatannya berkali lipat lebih besar daripada ukuran tubuh maupun kekuatannya pada saat kecil dulu. 

Bagaimana bisa? Karena demikianlah program yang ditanamkan dalam pikirannya sejak gajah ini kecil. Rumusnya adalah if.... then..... (Jika.... maka.... ). Barangkali program yang terpasanga adalah seperti ini ,"Jika kedua kakiku diikat dengan tali, maka diriku lemah tak berdaya". Program ini ter-install cukup lama dalam dirinya sehingga mewujud menjadi sebuah bentuk perilaku yang mendukung keberhasilan program ini. 

Padahal, seandainya gajah ini sadar, maka sekali dia berontak dengan menggerakkan tubuhnya saja, bisa saja rantai yang mengikat kedua kakinya ini terlepas dan putus. Sehingga gajah bisa terlepas dari jeratan yang mengikatnya. 

Saat kita coba terapkan analogi gajah ini pada kita sebagai manusia, sangat dimungkinkan ada banyak kesamaan di dalamnya. Gajah adalah makhluk hidup, makhluk ciptaan Tuhan. Gajah juga diberikan kekuatan, potensi, insting, keinginan bertahan dalam hidup, keinginan untuk makan, minum dan lain sebagainya. Manusia pun demikian, manusia adalah makhluk hidup, makhluk ciptaan Tuhan, diberikan akal dan hati nurani, diberi begitu banyak potensi yang bahkan tak dimiliki oleh makhluk hidup yang lain. Manusia pun ditasbihkan sebagai makhluk ciptaanNya yang paling sempurna. 

Jadi, if Gajah saja sebenarnya bisa melepaskan diri dari belenggu ketidakmungkinan then manusia tentu lebih bisa. Seperti halnya gajah, kita hanya belum sadar mengenai begitu banyaknya potensi yang kita miliki. Kita terkadang masih melekatkan diri dengan kemalasan dan kegagalan. Membatasi diri dengan tipuan inderawi yang kemudian membuat manusia untuk memutuskan tak berdaya, menyerah dengan kondisi tidak ideal yang dialaminya. 

No comments:

Post a Comment